Laman

Rabu, 20 Maret 2013

Be Yours?! DAMN! PART 13 - She's a trouble



            Lista tertidur dengan kepala bersandar di jendela pesawat. Tak menyadari sejak tadi Ando sudah berada di sampingnya setelah sukses membujuk Karen habis – habisan agar tukar tempat. Entah kenapa, melihat Lista tertidur sepanjang perjalanan membuatnya  bisa melihat satu – persatu pertahanan yang menjadi tameng di diri gadis itu memudar perlahan. Membuatnya mudah untuk didekati. Membuat Ando memutuskan untuk tidur dengan menyandarkan kepalanya di pundak Lista.

            Karen berusaha menghilangkan kejengkelannya karena diusir Ando secara halus untuk pindah duduk dengan membaca novel berbahasa inggris yang baru dibeli. Dia menoleh ke samping dan melihat posisi tidur Ando yang membuatnya semakin jengkel. Dia menghela napas dan menutup buku yang dibacanya, “Sabar...” Ucapnya sambil melirik Ando yang tidur. Wajahnya terlihat semakin menarik di matanya. Tanpa tau malu, Karen berdiri dari duduknya perlahan, mencodongkan tubuh ke arahnya dan mengecup bibir Ando sekilas.  Lalu, dengan cepat dia duduk lagi dan melanjutkan untuk membaca novelnya dengan senyum yang semakin lebar karna sebuah ide brilian muncul.

♥ ♥

            Pesawat terguncang pelan membangunkan Lista dari tidurnya. Sejujurnya, dia trauma naik pesawat karna pernah hampir mengalami kecelakaan  saat dia pulang dari Jogjakarta bersama keluarganya waktu dia kelas 2 SMP. Pengalaman itulah yang membuatnya memutuskan untuk tidur daripada terus – terusan memicingkan mata di dalam pesawat, membiarkan kenangan demi kenangan 5 tahun lalu itu menerornya.
            Dia menoleh ke samping kiri dan terkejut ketika Ando, sekarang duduk disampingnya. Namun bukan itu yang membuatnya terkejut, tapi yang membuat hatinya merasa tertohok adalah posisi kepala Ando yang bersandar di pundak Karen dan cewek itu juga tertidur dengan posisi serupa sehingga mereka tidur bersentuhan dahi. Tangan Ando menggenggam tangan Karen di sandaran kursi entah kenapa membuat Lista panas.
            “Kenapa gue jadi pengen nyekik si Karen yah? gue cemburu? Gak mungkin deh kayaknya. Lagian gue percuma juga cemburu sama si Playboy sekolah ini. Gak ada untungnya.” Batinnya dalam hati.
            Tapi, lama – lama Lista tak tahan melihatnya. Melihat napas mereka beradu dekat, tangan saling menggenggam seolah menjaga, membuatnya serasa ingin meloncat dari pesawat ini dan turun dimana saja agar dia tak melihat hal itu. Hatinya tanpa sadar sakit. Dan tanpa sadar juga tangannya menggapai tangan kanan Ando dan meremasnya sangat kuat. Sanggup membuat jari – jari remuk. Membuat Ando membuka mata perlahan dan kaget dengan posisi tidurnya.

♥ ♥

            Dia bingung karna tau – tau bersandar di pundak Karen dan menggenggam tangannya. Seingatnya dia tidur dengan posisi kepala bersandar di pundak Lista sambil mengelus tangan kirinya. Bukan seperti ini. Perlahan, dia menjauhkan kepala Karen darinya dan melepas genggaman tangan gadis itu darinya. Lalu melirik Lista yang masih memegang tangannya.
            Lista melihat semua itu dengan diam. Seandainya dia jadi Ando, mungkin dia tak menjauhkan kepala Karen darinya dengan lembut, tapi menoyornya keras hingga jatuh dari kursi kalau perlu. Pemikiran itu langsung dibuangnya jauh – jauh. Dia tak punya alasan untuk melakukannya. Tak ada.
           
            Karen yang rupanya mudah terbangun oleh sentuhan kecil mulai menggeliat dan membuka matanya tepat saat Ando melihatnya. Dia tersenyum manis dan melirik Lista yang hanya menatapnya. “Hai Lis...”
            Lista hanya senyum dan memutuskan untuk membuka tasnya dan mengambil buku lalu membacanya.
            Tiba – tiba pesawat bergetar lagi. Membuat Lista otomatis menutup buku dan spontan menggenggam tangan Ando yang berada di sandaran kursinya. wajahnya pucat pias. Membuat cowok itu menoleh ke arahnya, “Kenapa Lis?”
            Lista semakin meremas tangannya dengan kuat. Jari – jarinya semakin dingin karna perpaduan pendingin udara dan ketakutan yang parah. “Gue takut.” Jawabnya dengan terbata – bata karna getaran semakin kuat. Bahkan membuatnya terguncang pelan.
            Tanpa disangka, Ando langsung memeluknya erat. Dan dia entah kenapa tak menolak. “Syutt.. tenang. Ini Cuma getar biasa kok. soalnya kita mau mendarat kan? gak ada yang perlu ditakutin, Lis.”
            “Yakin gak papa? Gue takut, Ando.” Entah kenapa, dia semakin memeluk Ando erat. Seolah dia memeluk kakaknya sendiri. Kejadian 5 tahun yang lalu saat pesawat terguncang hebat hingga semua koper yang ada di bagasi atas berjatuhan menerornya lagi. Seolah terasa nyata baginya.
            Just trust me. Semua akan baik – baik aja, Lista. Percaya deh.” Ando yang tak tau kenapa Lista segitu takutnya akan naik pesawat, menenangkannya dan mencium puncak kepalanya. Memberi kesan tenang yang dalam hingga terdengar dengkuran halus di pelukannya. Lista tertidur. Membuatnya tersenyum dan melepas pelukannya lalu merebahkannya di kursi dan menggenggam tangan kirinya erat sambil sesekali mengelus pipi mulusnya itu.

            Karen yang melihat kemesraan telak di depan matanya, tanpa sadar mengepal tangannya dan memukul sandaran kursi. Dia cemburu.


♥ ♥

            Bian mondar – mandir seperti setrika rusak di kamarnya sambil melirik ponsel dihadapannya. Dia tau ketakutan Lista akan naik pesawat dan lupa memberitahukan pada Ando tentang itu. Dan sampai sekarang Lista tak menelponnya. Jangan ditanya sudah berapa kali dia menghubungi. Puluhan kali dia melakukannya dan bukan Lista yang menjawabnya, tapi operator sialan itu yang menjawab panggilannya dengan suara yang membosankan.
            “Aduhh... Lista! Lo dimana sih?!” Bian teriak frustasi sambil memijit kepalanya. Pusing kepalanya karna adiknya tak jua menelpon. Gerakannya terhenti ketika seseorang masuk dalam kamarnya. Wajahnya langsung tersenyum lebar.
            “Sejak kapan lo disini, Din?” Tanyanya pada Andini, salah satu sahabatnya yang sekarang duduk disampingnya dan membawakan makanan kesukaannya. Martabak.
            “Baru aja. Ntah kenapa gue beli tadi langsung inget sama lo. yaudah gue mampir aja dan langsung disuruh Erika ntuk nyamperin lo di kamar. Ckckkck...”
            “Kakak gue hebat banget nyuruh cewek secantik lo masuk kamar gue yah. belum tau siapa gue ternyata...”
            Andini tertawa mendengarnya. Dia tau kemana jalan pikiran si Bian yang rada – rada mesum ini. “Emang lo berani ngapa – ngapain gue? Gue tinggal teriak aja dan lo akan bonyok dihajar Erika. hahahaha...”

            Bian tersenyum mendengarnya. Kedatangan Andini membawakan makanan kesukaannya cukup membuatnya bisa berpikir tenang. Mungkin pesawatnya delay jadi telat nyampe. Pikirnya dalam hati. “Lo ada acara gak hari ini?”
            Andini menggeleng, “Gak sih. Kenapa?”
            Bian mengangguk sambil memakan martabaknya. Dan Andini tak berniat untuk mencicipi karna tau Bian paling pelit berbagi makanan kesukaannya. Dengan Erika, yang jelas – jelas kembarannya saja dia tak sudi untuk berbagi apalagi dengannya, “Temanin gue ke makam Jasmine yah. Gue akhir – akhir ini mimpiin dia mulu. Dia datang Cuma tak pernah dekatin gue. Tersenyum dari kejauhan terus hilang begitu. Kenapa yah?”
            Andini terdiam. Erika sering curhat dengannya kalau Bian tak bisa melupakan Jasmine sampai saat ini. Rupanya sahabatnya yang satu ini benar – benar cinta dengan tulus pada Jasmine. Ah... betapa beruntungnya cewek itu karna dicintai Bian yang notabene sangat setia kalau sudah mencintai seseorang. Pikirnya dalam hati. “Oke deh. gue kebetulan gak ada acara juga sih.”
            Spontan, Bian mencubit pipinya dan membuat mereka saling bertatapan. Entahlah sudah ribuan kali dia berkata bahwa Bian memang sahabatnya yang paling ganteng dan siapapun gadis yang dapat membuatnya tersenyum lagi, maka dialah gadis beruntung itu.  “Sakit, Bian!”
            Bian cengengesan dan mengedipkan mata. “Pipi lo enak sih buat dicubit. Serasa nyubit kue bakpau gitu. Kenyal – kenyal gimanaaa... gitu.”
            “Gue tau otak lo gak ngomong begitu Bian...” Dia melirik sinis dan Bian tertawa dibuatnya. Entah dengan gaya apa hingga Andini tau isi otaknya. Membuatnya mencubit pipinya lagi dengan gemas. Entah kenapa, Bian langsung menyuapi Andini dengan martabaknya.
            “Serius?” Tanya Andini ketika Bian ngotot ingin menyuapinya.
            “Ayolah.. mumpung gue lagi baik hati nih.” Desaknya dan Andini dengan senang hati membuka mulutnya. Membiarkan Bian menyuapi sepotong martabak untuknya. *setelah itu langsung sumpelin mulut kak Dini dengan cabe biar kepedesan* *tertawa licik*
           
♥ ♥

            Bian berada di pemakaman Jasmine dengan sebuket bunga melati segar yang dibelinya tak jauh dari sini. Dia baru ingat kenapa selalu memimpikannya, karna hari ini adalah dimana gadis itu pergi meningalkannya. 4 tahun lebih Jasmine pergi dari hidupnya, dari dunianya. Namun serasa baru kemaren Bian melihatnya gadis itu terkubur di tanah dan dialah yang menguburnya kembali. Ingatan itu membuatnya tersenyum sedih.
            “Hai... sudah 4 tahun yah kamu pergi. Gak terasa yah kamu pergi secepat itu. Perasaan baru kemaren aku mengalaminya.” Bian mengelus nisannya dengan lembut. Seolah – olah dia mengelus sosoknya.
            “Tadinya aku mau ajak Andini untuk kesini. Gak taunya tuh anak ditelpon mamanya untuk segera pulang. Jasmine,” Dia terdiam. Sejenak tak tau harus berkata apa, “Aku memimpikanmu akhir – akhir ini. Kenapa? Kamu mendatangiku dengan wajah senang, ketika aku mendekat, kamu malah menjauh dan samar – samar bilang, “Selamat tinggal. Kejarlah kebahagiaanmu dan sekarang sudah saatnya kau menyimpan kenangan kita di sudut hatimu yang paling dalam. Bukan selalu memutarnya di memori bagai kaset rusak dan meratapinya. Aku ingin kamu bahagia. Bukan meratapi kepergianku.” Aku gak ngerti.” Bian menghela napas sedih. Bukannya tak ingin melupakan, tapi dia tak yakin apakah bisa. dia selalu menggoda cewek lain bukan untuk melampiaskan sakit hatinya, hanya sebagai hiburan untuknya yang terkadang selalu teringat Jasmine.
            Bian menoleh ke samping kanannya dan melihat samar – samar cewek yang dikenalnya, berada tak jauh darinya sambil mengelus nisan sambil sesekali mengusap air matanya. Dia merasa kenal, tapi tak yakin apakah itu dia atau sosok yang mirip dengannya.
            “Jasmine, aku pergi dulu yah. nanti aku bakal kesini lagi. ” Dia berdiri dan mencium nisan itu lalu berjalan pelan ke arah gadis yang mencuri tatapannya itu.
           
            Bian menyentuh pelan pundaknya yang terguncang pelan karna isakannya. Seolah sadar, cewek itu buru – buru menghapus air matanya dan menoleh ke arahnya dan terkejut.
            “Lo?
            “Suster Lhyesha?”

♥ ♥

            Mereka sekarang tiba di Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Ando mengguncang pelan tubuh Lista yang tertidur itu dengan lembut. Entah kenapa, igauan pelan gadis itu mengusiknya dengan wajah ketakutan yang tak pernah dilihatnya. Bahkan lebih takut dari dia yang membawa Lista ke rumahnya karna gadis itu demam tinggi dan tertidur di mobilnya.
            Lista mengerang pelan dan membuka matanya. Mata mereka bertatapan dengan jarak yang sangat dekat. “Udah nyampe?”
            “Iya. Yuk.” Ando berdiri dan mengambil tas ransel Lista yang berada di bagasi dan memberikannya. Lista menyambutnya dan mengenakannya di pundak. Matanya menatap bingung ketika Ando mengulurkan tangannya, “Kenapa?”
            Melihat Lista lola, dia mengambil tangan kirinya dan menggenggamnya erat. Seolah tak ingin terlepas. “Pegang tangan gue dan jangan sampai lo lepas.” Ucapnya dan sebelum Lista menjawab, dia menariknya keluar dari pesawat.

♥ ♥


            “Andooo...” Suara seksi terdengar dari belakang ketika dia menginjakkan kaki di bandara. membuat mereka menoleh dan melihat Karen mengejarnya sambil menarik kopernya. Seolah tak ingin terpisah. “Kok gue ditinggalin sih?” Tanyanya dengan suara manja dan matanya melirik ke arah tangan mereka yang saling tergenggam. Ekspresi wajahnya iri namun disembunyikannya dengan senyum manis.
            “Gue pengen ke toilet. Makanya ngajak Ando untuk buru – buru keluar.” Lista memberikan alasannya dan menatap Ando yang berkerut kening. Entah kenapa, dia tak rela cowok disampingnya ini dimonopoli.
            Karen tersenyum tipis mendengar alasannya. Tanpa ragu dia melingkarkan tangannya di lengan Ando dengan mesra. “Sudah ngambil koper? Yuk ngambil dulu. Ntar ketinggalan lagi sama rombongan yang lain.”
            Sebelum menjawab, tiba – tiba ada yang berdehem di belakang mereka, “Lis, gak ikut ambil koper? Yuk...” Tanpa disangka, Jayden, sahabat Ando, dengan sifat flamboyan dan segala pesonanya, mengulurkan tangan ke arah Lista. Dan kedua temannya, Cindy dan Shabrina mengangguk dibelakangnya. Shabrina menatap Karen dengan penuh cela. Kalau saja membunuh dilegalkan, mungkin cewek ini sudah dia ikat di ban pesawat dengan kuat dan membiarkannya  tergilas di aspal sampai remuk. Pemikiran sadis itu membuat Shabrina nyengir lebar.
            Melihat Lista ragu, Jayden nyengir. Pura – pura tak melihat Ando meliriknya garang daritadi. Tak terima. “Gue gak gigit lo kok. ayo..” Dan entah kenapa, Lista melepas pegangannya di Ando dan menggenggam tangan Jayden yang tersenyum puas melihatnya.

            Perasaan tak suka, posesif yang kuat hadir kembali, lebih kuat  ketika tangan mulus Lista beralih ke tangan sahabatnya sendiri. Membuatnya menggeram marah tertahan. “Lista bareng gue.” Dia melepas rangkulan Karen di lengannya dan menarik Lista menjauh. Membuat genggaman tangannya ke Jayden terlepas dan menarik Lista menjauh. Cowok itu hanya tersenyum geli melihat sifat Ando yang tak pernah dia lihat sebelumnya.
            Karen yang melihat Ando menjauh, langsung hendak menyusul, namun buru – buru ditarik Shabrina dan Cindy. “Yuk kita ambil koper bareng. Biarin mereka BERDUA saja.” Shabrina berkata lembut sambil menekan kata “berdua” dengan sangat jelas seolah mengartikan, “Ando pacar Lista, bukan milik lo!”
           
            Karen tersenyum penuh terpaksa dan mengikuti mereka walau dalam hati luar biasa jengkelnya karna usahanya ditahan Shabrina yang masih saja merangkul lengannya. Seolah dia tahanan yang kapanpun bisa kabur.
            Jayden melirik Lista yang pinggangnya dirangkul Ando dengan posesif di kejauhan sesekali mereka berdebat. Dia tersenyum dan memutuskan mengikuti mereka.

♥ ♥
           
            Bian sekarang duduk di sebuah cafe yang tenang tak jauh dari pemakaman dengan Lhyesha yang duduk di depannya. Entah apa dipikirannya ketika langsung menghampirinya dan mengajak cewek yang baru 2 kali bertemu untuk duduk dengannya dan anehnya, cewek itu tak menolak walau wajahnya sembab karna menangis hebat. Dia melirik Lhyesha yang bertopang dagu sambil menatap ke arah lain. Seolah ada yang dipikirkannya. Entah kenapa membuat Bian tak bosan melihatnya. Seolah ada magnet yang menariknya dari gadis bejilbab di depannya ini.
            “Suster Lhyesha..” Panggilnya dan cewek itu menoleh dan tersenyum. Seolah geli dengan panggilannya.
            “Panggil gue Lhyesha aja. Kita kan gak dirumah sakit.”
            Bian tersenyum dan mengulurkan tangannya. Membuat gadis itu bingung. “Kita kan belum kenalan. Yahh.. walaupun lo udah tau siapa gue, tapi gak ada salahnya kan kita saling kenal dekat?”
            Namun, jawaban polos Lhyesha membuatnya kaget, “Gue gak tau siapa lo. emang lo siapa?”
            Bian nyengir salah tingkah. Seandainya kakaknya melihat kejadian ini, dia akan diledek habis – habisan karna terlalu pede dengan semua suster di rumah sakit mengenalnya. “Gue Febrian Pradipta. Dan lo?”
            “Pradipta? Anaknya dokter Putra?” Tanyanya dengan shock dan Bian merutuk dalam hati kenapa jadi menyebutkan nama belakang keluarganya di depan gadis ini. Dan dia terpaksa mengangguk. “Gue Lhyesha Anindya. Panggil aja Anin atau Lhyesha. tanpa embel – embel suster pastinya.”
            Bian tertawa mendengarnya dan Lhyesha tersenyum. Entah dia mimpi  apa kemarin jadi bisa duduk berhadapan dengan cowok yang mencuri pandangannya saat mereka tabrakan di lorong rumah sakit. Anak direktur rumah sakit pula. “Lo ngunjungin siapa disini?” Tanyanya dan Bian terdiam. Ekspresinya langsung sedih. Membuatnya mengutuk dalam hati kenapa bertanya dengan wajah tak berdosa itu padanya. “Sorry. Kalau lo gak mau bilang juga gak papa.” Dia buru – buru minta maaf dengan wajah tak kalah menyesalnya.
            Dia menggeleng dan menatap Lhyesha dalam. Warna matanya yang hitam kelam mengingatkannya dengan Lily, keponakan Ando yang disukainya, wajahnya memang tak secantik Jasmine atau cewek – cewek yang mendekatinya, namun entah apa, dia tak tau ada sesuatu yang membuatnya ingin mendekat lebih jauh lagi. Termasuk ingin bertanya kenapa gadis itu menangis tersedu – sedu di pemakaman. “Gak papa kok. gue ...” Dan entah kenapa, dia menceritakan soal Jasmine pada gadis yang baru dikenalnya dengan lancar. dan Lhyesha melipat kedua tangannya di meja dan mendengarkannya dengan serius.


♥ ♥

            Lista mengirim pesan pada kedua kakaknya kalau dia sudah tiba di Bali dan melirik Ando di sampingnya. Di kejauhan, Karen bersama yang lain sambil sesekali melirik mereka berdua. Membuatnya entah kenapa langsung merangkul Ando dan membuat cowok itu yang sedang menunggu kopernya keluar dari mesin , bingung.
            “Kenapa lo, Lis? Tenang aja, gue gak bakal hilang kok sayang.” Entah kenapa tingkah Lista sangat aneh hari ini. Namun dia menikmatinya.
            Lista buru – buru melepas rangkulannya dan melirik ke arah lain. Wajahnya memerah malu namun disembunyikannya. “Pede! Lo hilang pun gue gak akan peduli!”
            “Yakin?” Ando mencolek dagu Lista yang lancip itu dengan seringai menggoda. “Lo kalau cemburu manis loh.”   
            “Gue gak cemburu!” Teriak Lista dan buru – buru menutup mulutnya sendiri ketika beberapa pengunjung melirik penuh arti ke arah mereka berdua. “Gara – gara lo sih. Gue diliatin  tau!” Desisnya ketika Ando semakin menggodanya.
            “Gue melakukan apa? Gue kan Cuma ngomong. Gak nyolek – nyolek atau sebagainya. Lo nya aja yang heboh.”
            “Tau ah gelap!” Lista menjauh karna tak tahan digoda. Membuat Ando yang baru mendapatkan kopernya langsung menyusul Lista dan merangkul pundaknya. “Jangan pergi kemana – mana tanpa gue. Oke?”
            “Dan lo jangan kemana – mana ama Karen.” Tanpa sadar, Lista mengucapkan apa yang dipikirannya dengan suara sangat pelan. Namun telinga Ando yang tajam bisa menangkapnya. Dia terhenti dan melirik Lista yang terlihat salah tingkah dan mengutuk dirinya sendiri.
            “Coba ulangi lagi, sayang. Gue pengen dengar. Habis terlalu pelan sih.” Dia menundukkan tubuhnya agar sejajar dengan Lista  dan menatapnya yang menoleh ke arah lain. Wajahnya sangat memerah malu. dan Ando memegang dagunya dan mendongkakkannya hingga mereka bertatapan. Entah siapa yang memulai, Lista menutup mata dan Ando semakin dekat, dekat, dan...
             “Andooooo!!! Ayoo cepetan! Bisnya mau berangkat!” Teriakan Karen membuat Ando tersadar ketika jarak mereka semakin dekat dan dia langsung menjauh dari Lista. Dia membuka mata dan membiarkannya ditarik Ando yang setengah berlari membawanya menuju bis.


♥ ♥

            Karen tak rela ketika dia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau mereka hampir saja berciuman di Bandara. dia tak peduli apa yang dibilang Ando pada Lista hingga mereka seperti itu. Dia hanya tak mau, bekas bibirnya yang melekat di bibir Ando, cowok pujaannya itu terganti dengan Lista.

            Dia tersenyum puas ketika lagi – lagi, keberuntungan berpihak dengannya. Nomor kursi bisnya ternyata berurutan dengan Ando. membuatnya dia duduk bersebelahan dan cowok itu tersenyum melihatnya.
            “Mau?” Tawar Karen yang sengaja membawakan makanan kesukaan Ando, Roti manis ke arahnya. Dia tau kesukaan Ando karna setiap pergi ke kantin, cowok itu pasti membeli roti manis yang memang terkenal enak di sekolah mereka dan memakannya dengan lahap. Dia mencatat setiap kebiasaan Ando di memorinya dan menggunakannya sebagai senjata di saat – saat tepat.
            “Enak?” Tanyanya ketika Ando memakannya dan langsung mengacungkan jempol. “Banget. lo bikin sendiri?”
            Karen mengangguk puas. Tak sia – sia dia bangun jam 3 subuh hanya untuk buat roti. “Syukur deh kalau lo suka. Gue gak yakin sih masalahnya.”
            “Ini enak kok. gak kalah dengan jualan Mpok Arny di kantin sekolah.”
            Karen tersenyum dan menguap. Sekarang dia sangat mengantuk. Membuatnya tertidur sambil menundukkan wajahnya dan oleng ke kiri hingga nempel di pundak Ando sambil memegang kotak kue berisi roti di pahanya.
            “Karen...” Panggilnya namun cewek itu hanya bergerak sedikit dan malah semakin mendekatkan diri ke arahnya. Tidurnya terlihat sangat pulas. Entah kenapa, Ando baru sadar bahwa teman sebangkunya ini sangat cantik. Tapi herannya, dia biasa saja.

            Melihat tingkah Karen yang rupanya keenakan tidur di pundaknya, dia menjadi tak tega untuk mendorong kepalanya pelan untuk bersandar di dinding. Akhirnya dia membiarkan saja dan meneruskan membaca buku sambil memakan roti pemberian Karen. Tanpa menyadari, Lista yang duduk dengan Jayden, menoleh ke belakang melihat semua tingkahnya daritadi dan berbalik ke depan. Mencoba melupakan apa yang dilihatnya dengan menutup mata dan menghela napas.
           
            “Kenapa hati gue mendadak tak rela begini?”
           
            “Kenapa, Lis?” Tanya Jayden yang melihat Lista menghela napas berkali – kali.
            Lista menggeleng. “Gak papa kok, Jay.”
            Jayden menoleh ke belakang dan melihat Ando yang asyik mendengarkan lagu sambil membaca buku dengan Karen yang bersandar di pundaknya. bahkan sesekali menggerakkan kepalanya hingga ujung hidungnya menyentuh leher. Dia tersenyum dan kemudian membalikkan tubuhnya ke depan. Tau kenapa Lista sekarang sangat gelisah.
           

♥ ♥

           
            Erika mendengus kesal karna mobilnya mogok disaat yang sangat tak tepat. Dia menelpon Bian, namun entah kenapa kembarannya yang satu ini tak bisa dihubungi. Membuatnya mengerang. Ingin menelpon Randy, baru ingat dia putus dengan calon dokter itu sekitar 5 bulan yang lalu karna ketahuan selingkuh dengan suster di rumah sakit. Menelpon papahnya, itu lebih tak mungkin lagi.        
            “Kemana semua pria saat dibutuhkan?!” Jeritnya dalam hati.

            Erika keluar dari mobilnya dan menendang ban depan dengan kesal. Bisa dipastikan dia akan telat ke kampus dan parahnya lagi, dia tak melihat bengkel di sekitarnya. Dia berjalan ke belakang dan melongo ketika dua ban di belakangnya kempes total. Membuatnya langsung jongkok dan tangan yang menutup wajahnya. Frustasi dengan kesialannya dan dia berdiri lalu berjalan ke depan dan membuka penutup mesin mobilnya, dan asap tebal langsung keluar menutupi wajahnya. Membuatnya terbatuk – batuk sambil mengibas – ngibaskan tangannya mengusir asap.
            “Sial benar hidup gue hari ini.” Rutuknya dan mengambil ponsel yang bergetar. Dia membaca sms Lista yang mengatakan bahwa dia sudah tiba di Bali. Membuatnya tersenyum miris, “Adek gue liburan ke bali dengan pacarnya, kembaran gue hilang entah kemana, dan gue berada di pinggir jalan dengan kondisi mobil mogok dan kempes ban.” Rutuknya meratapi nasib sialnya.
            Tiba – tiba, Dia baru ingat ada 2 ban serep di bagasi mobilnya yang super lebar beserta alat - alatnya. Dia tersenyum dan menggulung lengan bajunya. Untung Bian mengajarinya bagaimana cara mengganti ban. Dengan senyum dia berjalan ke belakang untuk mengambilnya.
            “Butuh bantuan?” Suara cowok seksi dan berwibawa terdengar di belakangnya beserta deru kendaraan. Erika menoleh dan melihat cowok yang sedang membawa motor Ninjanya, dengan wajah yang hanya matanya saja terlihat karna tertutup helm sedang melihatnya penuh antusias.
            Melihat Erika hanya melengos saja, cowok itu turun dari kendaraannya, melepas helmnya dan membantu Erika, “Sini gue bantuin. Ini pekerjaan cowok.” Dia mengambil ban serep yang hampir di angkat Erika dari bagasi dan tersenyum manis ketika cewek itu meliriknya garang.
            “Emang gue ada ngijinin?” Tanyanya ketus dan brusaha tak terpancing dengan wajahnya yang tampan. Baginya, cowok tampan itu semuanya sama. Playboy!
            “Mulut lo memang gak bilang iya, tapi gue bisa tau lo lagi butuh bantuan. Ban serep ini berat. Dan gue gak mau tangan – tangan lo yang halus itu mengangkatnya.” Dia tersenyum dan memutuskan untuk mengulurkan tangan. Memperkenalkan diri. “Gue Kendra kalau lo pengen tau.”
            Erika membalas ulurannya demi kesopanan semata. “Riri.” Dia tak bohong karna kadang dia dipanggil dengan nama itu. Tapi ntah kenapa, dengan cowok yang bernama Kendra ini dia harus berhati – hati. Ada hawa tak enak melingkupinya. Penuh pesona hingga hampir membuatnya jatuh.
            “Nama yang cantik. Mana peralatannya?” Tanya Kendra dan Erika langsung mengeluarkan semuanya dan Kendra melakukannya dengan cekatan. Seolah – olah terbiasa.
           
            Erika memperhatikan dengan seksama bagaimana Kendra memasang kedua ban serepnya di mobil dan mengembalikan kedua bannya yang kempes beserta peralatannya di bagasi mobilnya. Dan Erika mengikuti langkahnya di belakang.
            “Makasih.” Dia tersenyum ketika cowok itu menutup bagasi mobilnya dan mengelap dengan menggosok – gosokkan tangannya. Membuatnya spontan mengambil tisu dan memberikannya.
            Kendra tersenyum saat menerimanya dan matanya beralih ke arah depan. “Mesin mobil lo ada kerusakan yah jadi dibuka kap nya?” Dan Erika mengangguk lesu. Kalau urusan mengganti ban serep atau memompa ban bocor, jangan ditanya keahliannya, tapi kalau urusan mesin, dia angkat tangan.

            Kendra mengangguk lalu melangkah ke depan dan mulai mengutak atik mesinnya. Dia tersenyum. “Cuma kerusakan biasa aja. Coba lo nyalain mesinnya. Pasti hidup.” Perintahnya lembut dan Erika menurutinya.
            Dia masuk dalam mobil, menstarter, ajaib! Mesin mobil langsung berderu lembut. Kendra mengacungkan dua jempolnya dan Erika keluar dari mobil sambil tersenyum tulus. Kalau cowok asing ini tak menolongnya, entah sampai jam berapa dia di pinggir jalan mengingat kembarannya hilang.
            “Makasih yah, Kend.” Ucapnya tulus ketika cowok itu duduk di atas kendaraannya. Siap pergi dengan helm yang siap dipasangnya.
            Kendra yang sedang memasang helm, mendadak terhenti melihat senyum cewek itu. Beberapa menit yang lalu wajahnya terlihat tak ramah, tapi sekarang, kalau boleh dia jujur, senyum manisnya membuat dia enggan untuk pergi. “Sama – sama. Gue duluan yah.” Ucapnya dan Erika mengangguk.

            Sesaat, tak ada yang berniat untuk pergi. Masing – masing hanya berdiri saling berhadapan. Saling ingin mengatakan sesuatu tapi ditahan. Membuat suasana canggung. Menyadari itu, Erika langsung berdehem kecil. “Gue duluan yah.” Ucapnya dan berbalik untuk masuk dalam mobilnya. Menstarter mobilnya. Dia melihat di kaca spion, Kendra masih menunggunya.
            Erika tersenyum melihatnya dan menjalankan mobilnya. Diikuti Kendra yang mengiringinya sebelum cowok itu mengklakson pelan untuk ijin menyalipnya.

♥ ♥
             
            Akhirnya, mereka tiba disebuah cottage mewah dan besar yang tak jauh dari pusat kota dan berhadapan langsung dengan pantai. Udara segar langsung menyambutnya. Membuat Lista tersenyum senang dan melirik Jayden yang dari tadi memperhatikannya.
            “Kenapa?”
            Lista menggeleng. Dia sengaja mendekati Lista hanya untuk meyakini hatinya apakah Ando, sahabatnya yang dingin akan cewek itu benar – benar naksir dengan Lista atau hanya sekedar pacar  kontrak. kalau naksir, dia akan bersyukur mengingat mereka cocok, tapi kalau menganggapnya sebagai pacar kontrak, jangan salahkan dia kalau Lista jatuh dalam pesonanya.
           
            Entah sejak kapan, Ando berdiri di belakang Lista dengan ekspresi marah tertahan namun berusaha disembunyikan. Membuat Jayden hampir tertawa melihatnya. Seorang Ando yang selalu berpacaran tanpa hati, cemburu. Dan itu adalah pemandangan baru. “Yuk. Kita bareng keluar.” Ajak Jayden seolah tak melihatnya. dia ingin menikmati wajah cemburu sahabatnya itu sekali lagi.
            “Dia bareng gue. Iyakan sayang?” Ando langsung merangkul pundaknya posesif dan menarik tubuh Lista ke arahnya. Hingga pinggul mereka saling bersentuhan saking dekatnya. Membuat Lista  kaget karna tak menyadari kehadirannya dan gerakan spontannya. “Iya, kan?” Bisiknya dengan nada penekanan di telinganya. Sepanjang perjalanan, dia tersiksa melihat Lista dengan sahabatnya, saling tertawa, bahkan dengan berani Jayden menyentuh rambut Lista dan mengacaknya.  Membuat sisi posesifnya semakin menguat dan dia hampir saja menghampiri dan menarik Lista menjauh dan duduk dimana saja asal berdua dengannya, kalau saja tangan Karen tidak menggenggam tangannya erat. Seolah menyuruhnya ntuk duduk saja.
            Lista mengangguk seolah terhipnotis. Membuat Ando langsung tersenyum senang dan menatap Jayden dengan tatapan menang. Sahabatnya itu hanya nyengir saja melihat tingkah kekanaknya. “Yuk...” Ando langsung mengajak Lista turun sambil membawakan koper gadis itu dan meninggalkan Jayden yang melihatnya. senyum di wajahnya semakin lebar.
            “ckckkc.. sampai kapan lo gak ngaku, Ndo? Gue rebut juga pacar lo lama – lama.” Ucapnya dan segera turun dari bis dengan yang lain.

           
♥ ♥


Karen yang lebih dulu turun, melihat Ando merangkul pundak Lista dan cewek itu membalasnya dengan merangkul belakang pinggangnya, menggretakkan giginya dengan marah tertahan.
“Apa bagusnya sih tuh cewek? Heran deh,” Gerutunya dalam hati.
Saking asyiknya memperhatikan, Tak menyadari bahwa Pamela, teman sebisnya yang akan menjadi teman sekamarnya, mendekatinya.
            “Yuk.” Ajak Pamela dan wajah juteknya itu tersenyum padanya. Karen membalasnya dan mereka berjalan masuk sambil sesekali berdecak kagum melihat keindahan tempat mereka.

           
♥ ♥

Ando mengantarkan Lista sampai kamarnya. Sebenarnya, Villa yang mereka tempati sekarang ini adalah salah satu kerajaan bisnis almarhum kakaknya yang bergerak di bidang pariwisata dan perhotelan, yang sekarang dikembangkannya. Dia sengaja mengusulkan Villa yang akses langsung ke sebuah pantai kecil tak berpenghuni namun,  akses tak jauh dari pusat kota, bahkan dekat dengan beberapa fast food pada Ibu Mae, gurunya yang menangani study tour tahun ini. Entah kenapa dia mengusulkannya. Tapi melihat senyum Lista ketika dia mengajaknya keliling Villa dan membawanya ke salah satu tempat dimana ada gazebo yang langsung menghadap pantai, membuatnya langsung tau alasannya dia melakukan itu.
            “Suka?” Dia sengaja menyiapkan satu kamar istimewa untuk Lista  yang sering ditawarkan pada turis asing dengan pemandangan berhadapan langsung dengan pantai mengingat gadis itu menyukainya. dan dia tau cewek itu tidur sekamar dengan kedua sahabatnya, Cindy dan Shabrina yang sekarang menghilang entah kemana.
           
“Banget!” Lista berteriak riang ketika Ando membukakan pintu kamar, Jendela besarnya menyerupai dinding, menampilkan pemandangan pantai yang berpasir putih langsung memanjakan matanya. Dia berlari dan tersenyum. “Gue suka Villa ini. Hebat banget Ibu Mae memilih tempatnya. Gak sia – sia gue nabung dari tahun kemaren untuk ikut mengingat harganya mahal.”
            Ando meringis mendengarnya. Lista tak tau bahwa Villa yang dipujinya habis – habisan ini adalah salah satu bisnisnya. Mungkin suatu saat nanti dia akan memberitahunya.
            “Kamar lo dimana? Lo tidur bareng siapa?”
            Ando menarik Lista keluar dan menunjuk kamar yang berjarak tiga kamar dari mereka sekarang. “Gue disitu sama Jayden dan Dion. Kenapa?”
            “Kalau Karen?” Entah kenapa, dia langsung teringat cewek itu dan spontan menanyakannya. Sekedar ingin tau.
            “Dimana yah...” Ando mengingat – ingat pembicaraan mereka di bis tadi. Wajahnya langsung berkerut kening. Merasa ada yang tak beres, “Memangnya kenapa lo nanya gitu?”
            Lista gelagapan menjawabnya. “Yaaa... gue pengen nanya aja. Kenapa?”
            “Gak sih. Aneh aja lo nanya gitu. Kamarnya bersebelahan sama gue. Kalau gak salah pas gue nanya tadi, dia sama Pamela dan Tata.” Jawabnya tenang membuat Lista melongo.
            “WHAT?! Dia bersebelahan dengan lo, sedangkan gue, pacar lo malah berjauhan?! HEBAT!” Tanpa sadar Lista meneriakkan apa yang ada di pikirannya. Wajahnya seolah – olah tak terima. Membuat Ando heran.
            “Kenapa? Gue kan gak tau kalau kamarnya bersebelahan sama gue dan dia sekamar dengan Pamela.” Ando membela diri ketika melihat wajah Lista yang memerah antara marah dan malu. “Gue kan Cuma ngatur supaya  lo tidur di kamar ini, gak ngurus masalah Karen mau ditaroh dikamar mana, Lista.” Lanjutnya dalam hati.
            “Iya juga sih.” Batinnya membenarkan dalam hati. Namun enggan membenarkan.
            “Memangnya kenapa sih? Kan gue Cuma bersebelahan kamar sama dia, bukan tidur satu kamar, Lista.” Ando mulai menatapnya penuh menggoda sekarang, “Cemburu yah?”
           
            DEG!
           
            “Idih...” Lista langsung memasang wajah jijik. Seolah perkataan cowok itu adalah hal yang paling menjijikannya, “PEDE! Gue gak ada urusan untuk cemburu hanya alasan begituan. Udah sana keluar! Gue mau ganti baju!” Lista langsung mendorong Ando keluar kamar ketika cowok itu masih menunjukkan wajah penuh godanya.
           
            “Yakin gak cemburu dengan Karen? Ada Pamela loooh..” Ando masih saja menggodanya. Dia tau persekongkolan Lista dengan mantan pacarnya yang satu itu dan betapa bencinya Lista dengannya.
            “Gue lupa mantan lo yang kegatelan itu juga ikut. Bagus deh, lo godain aja dia sana. Tuh cewek butuh sentuhan gombal basi lo!” Lista menjawabnya ketus.
            “Akan gue lakuin dengan senang hati. Udah lama gue gak godain si Pamela. Hmmm.. Karen kayaknya asyik juga gue godain tuh.” Ando berdiri di depan kamarnya, melipat kedua tangan di depan dadanya, dan menatap Lista yang penuh emosi dengan menantang dan sebersit kilat geli di matanya.
           
            Mendengar nama Pamela disebut sekali lagi, Lista langsung meresponnya dengan membanting pintu keras tepat di depan wajah Ando.
            Dia tak tahan untuk tidak menyeringai melihat tingkah Lista yang satu ini. “Lo lucu juga ternyata kalau marah yah.” Ucapnya sambil bersiul masuk kamar.

            Lista duduk di ranjang sambil menatap ke arah luar  dengan tangan terkepal. Entah kenapa dia emosi mendengar ucapan Ando yang akan menggoda cewek lain. “Aduh!” Pekiknya pelan karna saking emosinya, dia tak sadar menggigit bawah bibirnya dengan keras.
            “Gue kenapa yah?”
            Asyik melamun, tau – tau ponsel di dalam tasnya berbunyi. Dia berdiri dan tersenyum. “Halo..” dan suara kakaknya, Bian langsung menjawab dan sesekali menggoda kakaknya tentang pertemuannya dengan Lhyesha. cewek yang sempat buat kakaknya galau karna setiap ke rumah sakit dan mendatangi mamanya dengan alasan apa saja, dia tak pernah ketemu lagi. Dan pembicaraannya membuatnya lupa dengan kebingungan hatinya akan Ando.

♥ ♥
           
             “Gue pakai baju renang yang mana yah?” Dia berbicara sendiri sambil membandingkan baju renangnya yang satu dengan yang lainnya. Membuat Pamela yang baru saja keluar dari kamar mandi, berkerut kening.
            “Mau ngapain lo, Ren?”
            “Berenang. Kayaknya enak banget berenang disitu,” Dia mengambil baju renang two piece bewarna merah. Warna yan bisa membuat siapapun akan menoleh ke arahnya. Termasuk Ando. dia berani menjamin cowok itu akan kesulitan menelan ludah melihatnya.
            Pamela berjalan melewati Karen dan membuka jendela kamarnya. Dia melihat beberapa anak cowok, termasuk Ando, sedang bertelanjang dada di hamparan pasir putih sambil main Voli.
            “Serius lo mau berenang? Kok gue nyium bau – bau gimaanaa gitu..” Dia melirik Karen yang sekarang menatap Ando tanpa kedip. Terpesona dengan apa yang dilihatnya.
            “Mantan gue tuh.” Pamela melanjutkan dengan nada bangga. Bangga bisa pacaran dengan Ando walau hanya tiga hari.
            “Dan dia adalah cowok yang sebentar lagi akan jadi pacar gue.” Jawab Karen dalam hati.
            “Lo mau ikut gak?” Tawar Karen ketika Pamela, cewek yang sangat cantik walau wajahnya terlihat judes. Dan cewek itu hanya menggeleng. “Gue mau keliling aja. Males berenang. Ntar tambah item. Lo mau nitip apa?” Tawarnya basa – basi.
            “Gue titip cowok bule yang ganteng yah.” Karen menjawabnya dengan nada canda. Membuatnya tertawa, “Oke deh. ntar gue cariin khusus buat lo.  Gue keluar yah.” Pamitnya dan keluar dari kamar. Meninggalkan Karen yang sekarang mengenakan baju renang yang paling seksi dia punya dan tersenyum puas ketika bayangan dirinya terpantul di cermin. Dia menutupinya dengan sarung bali yang dia lilit di pinggangnya.
            “Let’s go.”

♥ ♥

            “Lo tau gak, gue ngerasa hawa cewek – cewek seksi akan hadir sebentar lagi.” Jayden tersenyum mesum ketika melihat teman sekelasnya, Sinta baru saja keluar dari cottage dengan pakaian renang minim. Matanya terasa sangat dimanjakan mengingat dia putus dengan kedua pacarnya beberapa hari yang lalu.
            Ando hanya tertawa mendengarnya dan melirik Sinta tanpa minat. Dia teringat pertengkarannya dengan Lista di kamar dan tersenyum ketika dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, wajah cewek itu memerah karna godaannya.
            “Kok Lista gak keluar, Ndo? Gue gak sabar melihatnya nih. Kira – kira dia pake apa yah? Hmmm...” Jayden tertawa ketika melihat Ando menatapnya garang.
            “Gue akan jadiin hari ini adalah hari lo terakhir bisa melihat cewek seksi kalau sampai godain Lista! Dia gak akan gue ijinin pakai baju renang!” Ucapnya tanpa sadar penuh nada posesif.
            “Oooohh.. atut...” Jayden tertawa mendengar ancaman sahabatnya itu. Dan meneruskan permainannya sambil sesekali melirik cewek yang menarik hatinya dan memutuskan untuk menggodanya nanti.
            Ando hanya menatap mereka yang lewat tanpa minat. Dia asyik bermain Voly pantai dan men – smash tanpa ampun pada lawannya.
            “Kira – kira Lista pakai baju renang atau baju kaos kebesaran seperti biasanya?”  Tanyanya dalam hati. Membuat Ando langsung memukul kepalanya pelan. Membuang pikiran mesum itu dari otaknya jauh – jauh.
            “Gue bersumpah, kalau sampai tuh cewek pakai baju renang yang menggoda iman, gue tarik dia masuk kamar untuk ganti baju! Eh.. kenapa gue jadi begini?”
            “Waw...” Beberapa cowok berhenti bermain dan berseru penuh kekaguman. Membuat lamunan Ando buyar dan mengikuti tatapan teman – temannya. Mendadak dia susah menelan ludah.
            Karen, dengan segala pesonanya, berjalan anggun menghampirinya sambil tersenyum. Baju renang two piece bewarna merah terlihat menggoda di kulitnya yang putih dan wajahnya yang blasteran, rambut panjangnya sengaja dibikin sedikit ikal menambah kesan seksi. Dan sarung bali yang menutupi kakinya yang jenjang semakin membuatnya... WAW.
            Karen menyadari semua pandangan cowok di sana hanya fokus pada satu titik. Yaitu dirinya. dia tersenyum puas ketika Ando pun menatapnya tanpa kedip. Dengan tenang dia berdiri di samping Ando dan merangkul pundaknya. Ando yang hanya telanjang dada dan celana jins yang dia gulung sampai ke lutut juga  membuatnya terpesona.
            “Gue boleh ikut main?” Karen semakin lengket dengan Ando walau cowok itu berbau peluh dan ada butiran pasir di tubuhnya yang telanjang.
            Ando hanya mengangguk. Dan Karen langsung tersenyum puas dan langsung mencium pipi kiri Ando dengan cepat sebelum berteriak agar permainan dilanjutkan.
             
♥ ♥

            Lista terdiam seperti patung. Dia melihat dengan sangat jelas, betapa Karen dengan swimsuit yang menggoda itu mendekati Ando, merangkul pundaknya, berbicara dengan jarak sangat dekat sehingga orang lain yang tak tau hubungan mereka akan menganggapnya sebagai pasangan kekasih, dan mencium pipinya!
            Dia berkerut kening. Dadanya entah kenapa seperti tertusuk. dia melihat swimsuit Karen dan membandingkan dengan yang dia kenakan sekarang. Sama seksinya, namun dia one piece  dengan warna hijau.
            Asyik memperhatikannya, tanpa sadar kedua sahabatnya, Cindy dan Shabrina berlari menghampirinya dan memberinya jas pelampung. “Mau main banana boat?” ajak Cindy.
            “Mauuu..” Tanpa ragu dia mengenakannya dan berlari menuju pantai. Melupakan sakit hatinya.

            “Gue lupa pacar lo memang lebih WAW dari siapapun.” Bisik Jayden terpesona membuat Ando terhenti dan berkerut bingung, “Maksudnya?”
            “Liat aja.” Jayden menunjuk dan Ando melotot.
            Ando yang berpasangan dengan Karen dalam main Voly, berhenti dan melongo dibuatnya.
            Lista, dengan santainya berlari ke arah lain bersama teman – temannya dan menjadi pusat perhatian turis asing karna pakaiannya yang minim, ditambah dengan wajahnya yang cantik. Entah kenapa, melihat cewek itu jadi pusat perhatian tanpa kedip oleh cowok – cowok lain, membuatnya gerah.
            “Punya sarung bali gak?” Tanya Ando pada Karen. Dan dia langsung menunjuk sarung bali cadangan yang sengaja dibawanya. Ando langsung berlari mengambilnya. Membuat Karen bingung dan mengejarnya.
            “Buat apa?”
            “Buat Lista.” Jawabnya dengan emosi tertahan. Dia segera berlari menyusul Lista yang sekarang dikerumuni turis asing yang sedari tadi meliriknya dari kejauhan.
            “Lista.. awas lo!”

♥ ♥
           
            “Excuse me, guys, she’s my dear. Can you just leave us?” Suara Ando tepat di belakangnya saat dia dikepung beberapa turis asing yang mengerumuninya. Memujinya dengan bahasa mereka. Mendengar suara cowok itu berada di belakangnya, memegang pundaknya, entah kenapa rasa aman langsung menjalar di sekujur tubuhnya yang gemetar ketakutan.
            Lista langsung ditarik menjauh dari turis asing yang menatap mereka dengan tanda tanya. Setelah menjauh, Ando memberikan sarung bali yang dipegangnya, “Pakai ini.”
            “Gak mau.”
            “Pakai! Gue gak suka lo pamer bodi di depan umum!”
            “Kenapa gak suka?” dia menjawab dengan nada menantang. “Terserah gue dong mau pakai apa! Lo gak ada urusannya. Lagipula, masa gue dilarang, Karen yang jelas – jelas lebih seksi dari gue gak dilarang?”
            “Elista...” Ando menarik napas panjang. Menghadapi cewek yang satu ini membutuhkan stok kesabaran yang lebih banyak dari seharusnya. “Lo pacar gue. Bukan teman gue, Ok? Gue gak peduli dia mau telanjang kek, mau pakai apa kek, karna dia Cuma teman gue. Sedangkan lo, lo pacar gue. Wajar dong kalau gue melarang apa yang seharusnya gue lihat, malah dibagikan ke tempat umum?”
            “Gue pacar lo yah?” Lista menjawabnya dengan nada sinis. “Gue lupa. Soalnya gue ngerasa kontrak sih.”
            “Lo kenapa sih?! Gue heran daritadi kok salah mulu kerjaannya.”
            “Emang lo salah kok.” Lista pergi meninggalkan Ando dan memutuskan mengejar teman – temannya. Namun, sebelum sempat menyadari, tau – tau dia ditarik dan tubuhnya serasa diangkat. Yak, dia  kini digendongan Ando.
            “Gue akan gendong lo ke kamar untuk ganti baju!”
            “Gue gak mau! Lepasin!” Lista berontak dan berusaha turun. Namun Ando memegangnya dengan erat.
            “Ciiieee... yang romantisan. Mau malam pertama lo?” Jayden menyoraki Ando yang dengan kerennya menggendong Lista menuju Villa. Seperti pengantin baru yang digendong masuk dalam rumah.
            Ando mengedipkan mata ke arah Jayden dan  mereka yang menggodanya. Membuat Lista merah padam. “Iya! Iya! Gue akan pakai sarung bali itu! Oke?! Turunin! Jangan bikin malu deh!”
            “Yakin?” Ando berhenti melangkah dan Lista mengangguk kuat – kuat. Dia tak tahan menanggung malu lebih besar lagi digendong sampai masuk ke dalam. Melihat Ando hanya bertelanjang dada dengan jins yang digulung sampai lutut, dan dia mengenakan baju renang yang minim. Dia akan tau apa di pikiran orang – orang dan takkan membiarkan itu terjadi.
            Ando menurunkannya pelan sampai dia menginjak kakinya di tangga. Lista menghela napas lega dan tau – tau menginjak kakinya keras. Membuatnya berteriak kesakitan. “Elista! Balik sini lo!” Ando berteriak saat dia berlari sambil mengikat sarung bali yang sempat diambilnya dari pundak Ando. dia menoleh ke belakang dan berteriak ketika Ando juga mengejarnya.

            Tanpa disadari, Karen memperhatikan kemesraan mereka saat Ando menangkap pinggang Lista dan memeluknya erat, seolah tak ingin terlepas lagi, membuatnya cemburu buta. Dia langsung melempar bola Voly ke arah lain dan memutuskan mendekatinya dengan langkah geram.

♥ ♥

            “Lo di depan, gue di belakang.” Ando memerintahnya ketika dia memutuskan untuk ikut Lista naik banana boat. Seumur hidupnya, dia baru kali ini menaiki kapal berbentuk pisang ini.
            “Kok gue di depan? Lo aja deh,” Lista menolak mentah – mentah usul Ando agar dia di depan.
           
            “Pokoknya, lo di depan, gue dibelakang ntuk jaga lo biar gak jatuh.” Ando memberi alasannya. Sejujurnya, dia hanya ingin memegang pinggang Lista lebih lama lagi. Namun tak mungkin dia utarakan.

            Sebelum dia sempat menjawab, Karen menghampiri mereka. Membuat Shabrina yang sudah siap di atas, merengut melihat kehadirannya.
            “Gue boleh ikutan enggak?” Tanyanya dengan senyum manis.
            “Naik aja.” Lista menjawab dengan nada datar. Membuat Karen merasa di atas angin dan langsung duduk di belakang Ando dan memeluk pinggangnya erat dan mesra. Membuat Lista yang melihat, langsung turun dan berkacak pinggang. Wajahnya emosi.
            “Kayaknya, gue di belakang lo aja deh, Ndo. Gak enak duduk di depan. Serasa gimana.. gitu.” Tanpa persetujuan, Lista langsung duduk di belakang Ando dan membuat Karen dengan sangat terpaksa, melepas rangkulannya dan mundur. Hatinya dongkol luar biasa ketika Lista memeluk pinggang Ando. apalagi cewek itu secara terang – terangan, menyandarkan kepalanya di punggung Ando.
           
            Ando yang bingung dengan tingkah aneh Lista yang mau – maunya memeluk, langsung menggunakan kesempatan langka ini dengan membalas perlakuannya dengan memegang erat tangannya yang melingkar di pinggangnya ini.
            “Siap?” Teriaknya dan semuanya berteriak setuju.
            “Tunggu!” Gerakan boat berhenti ketika dari kejauhan, Jayden berlari ke arah mereka. “Gue ikut yah.” Ando setuju dan cowok itu langsung merangsek masuk dan duduk di belakang Lista. Membuat Karen semakin mundur ke belakang.
            Ando yang melihat itu, hatinya tak rela luar biasa ketika tangan sahabatnya itu melingkar di pinggang pacarnya sendiri. Ando memanggil si penyewa boat dan berbicara sebentar. Lalu turun dan menarik Lista untuk mengikutinya. Membuat mereka bingung.
            “Kayaknya kalian aja deh yang duluan naik. Gue ntar aja soalnya lagi gak enak badan.” Ando memberi alasan yang langsung muncul di otaknya.
            “Terus, apa urusannya sama gue?”
            “Emang lo mau biarin pacar lo yang sakit ini sendiri? Hmmm... Gue kan butuh kasih sayang lo, Lista.”
            “Dih...” Lista memandangnya penuh jijik. Membuat Ando tertawa dan mengacak rambutnya dengan tatapan sayang. Membuatnya seketika terpaku. tak biasanya Ando memandanginya seperti itu.
            “Gue juga gak ikut deh.” Karen memutuskan untuk turun dan menyusul Ando. kalau Lista tak mau merawat pacarnya, dia dengan senang hati akan merawatnya.
            “Nooo...” Cindy yang di belakang Karen dan tau apa yang akan terjadi, langsung menarik Karen agar duduk. “Nanti gak seru kalau lo gak ada. Udah Jay, jalannn..” Cindy berteriak sambil memegang pinggang Karen yang hendak turun untuk menyusul Ando. takkan dibiarkannya cewek sinting satu ini mengganggu hubungan sahabatnya dengan Ando.
            Karen manyun dibuatnya dan terpaksa melingkarkan pinggangnya ke Jayden yang langsung meresponnya. Hatinya dongkol luar biasa.
            “Sial! Sial!”

♥ ♥

                        Lily yang asyik belajar main piano dengan kak Bian, mendadak teringat sesuatu dan menatap Bian yang asyik menatap ke arah lain. “Kak, bentar yah.” Dia langsung berlari ke kamar untuk mengambil ponselnya, mengirim sms kemudian tersenyum ketika membacanya dan menekan tombol send.
            For : Kak Lista.
            “Kak, besok kak Ando ultah. Jangan lupa yah... kakak kan pelupa. Hehehehe.. Lily kangen sama kakak. Jangan lupa oleh – oleh. :*
            “Lily...” Suara Bian memanggilnya membuat Lily meletakkan ponselnya di meja rias Lista dan bergegas berlari keluar. Menyusul Bian yang mengajaknya jalan ke mall bersama Erika.

♥ ♥

            Lista tersenyum ketika melihat sms Lily dan segera membalasnya. Mereka kini di salah satu pasar tak jauh dari tempatnya menginap yang menjual aksesoris – aksesoris lucu. Awalnya dia bingung kenapa Ando memaksanya untuk balik ke Villa dan menyuruhnya ganti pakaian. Lista sempat protes karna tak bisa main sebelum akhirnya Ando mengutarakan idenya. Membuatnya langsung setuju dan berlari masuk kamar untuk berpakaian. Dan pergi ke tempat ini dengan kamera yang tergantung di lehernya.          
            “Lo pakai baju siapa, Lis? Gede amet.” Sindir Ando ketika melihat pakaian kaos Lista yang agak kebesaran, celana jins selutut dan sepatu kets serta tas ransel dan kamera yang siap digunakan tergantung di lehernya.
            Lista melihat baju kaosnya yang bergambar Barong dengan cengiran. “Punya gue dong. sengaja beli yang gede – gede. Biar adem..” Lista ikut melirik Ando yang hanya mengenakan baju kaos, celana pendek, dan sepatu serta tas kecil yang tergantung di pinggangnya. Rambutnya yang basah membuatnya sempat terpesona sebelum menoleh ke arah lain. tak ingin ketahuan Ando karna dia memperhatikannya.
            “Sini kamera lo. biar gue yang bawa. Ntar pegal tuh leher kalau digantung mulu.” Dan dia langsung menyerahkan kameranya ke Ando dan cowok itu memegangnya sambil sesekali memotret beberapa turis asing yang belanja.
            “Eh... Eh... coba kita kesitu yuk.” Lista langsung menarik Ando ketika dia melihat sebuah galeri lukisan yang menarik hatinya. Dia sangat suka melihat lukisan dan betah lama – lama berdiri untuk melihat keindahan lukisan dan mengartikan maksud pelukis itu.
            Ando menurut saja ketika dia ditarik Lista yang semangat memasuki galeri itu dan melihat – lihat. Sesekali wajahnya tersenyum penuh kagum akan keindahannya dan Ando langsung memfotonya. Tak ingin kehilangan senyumnya.
            “Bagus yah.. romantis..” Lista terdiam di suatu lukisan yang menggambarkan sepasang kekasih sedang berpelukan di pinggir pantai dan balon terbang di antara mereka menuju langit yang mulai berpendar keemasan karna matahari terbenam.seperti menggambarkan sebuah harapan yang dilepas menuju langit paling tertinggi agar dikabulkan lewat balon – balon yang berada di atasnya. Lista membaca judulnya dan tersenyum. Seolah mengiyakan.
            “Lo mau?” Tanya Ando. tanpa sadar Lista mengangguk. Kemudian bingung ketika Ando pergi meninggalkannya, “Mau kemana?”
            “Sebentar aja. Lo liat – liat aja dulu. Gue gak lama kok.”
            Lista mengangguk dan mengagumi betapa indahnya pelukis yang menggambarkan momen seperti ini dengan goresan kuas dan warna – warna yang seolah menjadi kekuatan dalam hal ini.

♥ ♥

            “Permisi, pak.” Ando berkata sopan ketika seseorang yang dia tanyai memberitahu bahwa pria di hadapannya adalah pemilik galeri lukisan ini.
            Pak tua itu mengangguk dan Ando langsung mengutarakan niatnya. Dia tersenyum ketika Pak Tua itu setuju dengannya.
            “Lukisan yang mana, nak?” Tanya Pak Tua ketika melihat kesungguhan Ando untuk membeli satu lukisannya.
            Ando menunjuk tempat dimana Lista masih berdiri memandang lukisannya. Membuat pak Tua itu mengangguk. “Oh itu. Yaudah, dia pelukisnya,” Pak tua menunjuk seseorang yang asyik melukis, “kamu nego harga saja dengan dia. Itu lukisan pertamanya. Saya hanya menyediakan tempat. Namanya Keenan.”
            Ando tersenyum sopan dan undur diri. Lalu mendekati si pelukis muda itu dan berbicara panjang lebar sebelum negoisasi harga seperti yang sering dilakukannya apabila berhadapan dengan klien perusahaan.

♥ ♥

            Lista masih tak menyangka, lukisan yang dipandanginya, dikaguminya, kini menjadi miliknya. Entah apa di pikiran Ando ketika cowok itu menghampirinya diikuti seseorang yang tak dikenalnya dan berkata dia membeli lukisan itu. Padahal dia tau harga lukisan yang diletakkan di galeri tak pernah murah. Walau ukuran kecil sekalipun. Sepertinya sekarang.
            “Lo jangan gila, Ndo!” dia berusaha berkata sepelan mungkin. Untuk menyadarkan Ando dari kegilaannya.
            “Gue waras, sayang. Udah.. jangan menolak pemberian gue.”
            “Gue...” Lista mendadak bingung harus berkata apa.
            “Gue tak terima penolakan atau ucapan lo akan mengganti uang gue suatu saat nanti. Gue beli ini karna juga suka, oke?”
            “Lo juga suka sama lukisannya? Masa sih?”
            “Gue bukannya suka sama lukisannya, tapi gue suka sama lo yang tersenyum saat melihat lukisan ini, Lista.” Jawabnya dalam hati.
            Ando memutuskan tidak menjawab pertanyaan Lista dan membiarkan beberapa orang membungkus lukisan kecil yang dibelinya itu untuk Lista yang sekarang termangu melihatnya. Tak percaya.

            “Lo gila.” Ucapnya ketika Ando menulis alamat Lista untuk mengirim lukisan yang dibelinya lewat jasa pengiriman. Dia tak mungkin membawanya keluar dari galeri dan menentengnya sepanjang perjalanan menuju Villa dan membawanya lagi saat mereka pulang nanti.
            Ando tertawa mendengarnya saat selesai urusan bayar membayar lukisan dan berjabat tangan dengan pelukis muda beserta pak tua pemilik galeri itu. “Gue anggap itu ucapan terima kasih dari lo, Lista. Yuk, kita jalan lagi.” Ando merangkul Lista keluar dari galeri dan mereka memutuskan keliling Bali dengan jalan kaki semampunya.

♥ ♥

            Lista benar – benar seharian jalan dengan Ando. mulai dari keluar masuk kios untuk membeli pernak – pernik lucu, memilih beberapa souvenir lucu untuk Ando yang ingin membagikannya pada orang lain, dan menyewa sepeda tandem untuk keliling Bali dan sesekali berfoto dengan turis asing yang menarik perhatian mereka.
            “Capek?” Tanya Ando ketika mereka duduk di sebuah taman kecil tak jauh dari Villa dimana mereka menginap. Lista yang sedang memijit kedua kakinya, mengangguk.
            “Letakkin kaki lo disini,” Ando menepuk pahanya sendiri agar Lista meletakkan kakinya di sini. Namun cewek itu menolak. “Gue masih sanggup jalan kok. beneran deh.”
            “Ayolah... gak papa kok.”
            “Gue gak terbiasa kaki gue dipijetin cowok. Beneran deh gak papa.” Lista keukeuh menolak. Membuat Ando memilih kalah.
            “Yaudah...” Ando memutuskan berdiri dan mengulurkan tangannya. “Pulang yuk. Ntar kita kehilangan momen penting.”
            “Momen penting apaan?” Lista bingung dengan ucapannya.
            “Matahari terbenam akan sangat indah kalau dilihat dari Villa. Ayooo...”
            Lista mencoba berdiri, namun dia mengernyit kesakitan karna kakinya benar – benar sakit. Seharian jalan tanpa istirahat, ditambah naik sepeda sejauh 8 kilometer, membuat kedua kakinya serasa ingin lepas.
            Ando yang tak tega dengan wajah kesakitan Lista setiap menggerakkan kakinya untuk jalan, mendekat dan berjongkok di depannya. “Naik ke punggung gue.”

            WHAT?!

            “Serius?” Lista kaget mendegarnya. Dia tak pernah digendong siapapun kecuali kak Bian. itupun terjadi waktu dia masih sangat kecil.
            “Udahlah, gue tau lo kesakitan jalan, Lista. Sedangkan jarak antara Villa dari sini masih jauh. Gue gak mau lo sakit.”
            “Tapi gue berat loo..”
            “Gue udah pernah gendong yang lebih berat dari lo, tau.”
            “Siapa?”
            “Elista...” Ando berdiri dan menoleh ke arahnya dengan wajah jengkel, “Memangnya penting untuk lo tau siapa yang gue gendong saat itu? Udahlah, sampai subuh kita tetap akan disini, membahas siapa yang gue gendong kalau lo gak naik ke punggung gue.”
            “Tapi...” Lista terhenti ketika Ando berbalik lagi, jongkok, dan menarik tangannya dengan kasar hingga dia hampir jatuh, “Naik ke punggung gue atau lo gue gendong beneran sampai kamar kayak siang tadi.” Ancamnya.
            Tak ingin terjadi, Lista manyun dan menundukkan badan, melingkarkan kedua tangannya di leher Ando dan merasakan tubuhnya di angkat dan kedua pahanya di pegang Ando dengan kuat. Seolah tak membiarkannya jatuh.

♥ ♥

            “Lo benar, pemandangan disini memang indah.” Lista terpesona melihat matahari terbenam dan bersembunyi di belakang pantai tempat mereka berdiri sekarang. Ando benar – benar menggendongnya sampai Villa dan mengantarkannya ke pantai untuk menyakskikannya.
            Ando tersenyum mendengarnya. Seharian bersama Lista keliling banyak tempat, membelikan gadis itu apa yang diinginkannya walau mereka berantem di tengah banyak orang, dan mendengar cerita Lista tentang masa kecilnya membuatnya merasa sangat dekat.
            “Gue senang kalau lo suka, Lista.”
            Lista ikut tersenyum. Bersama Ando seharian adalah yang diinginkan hatinya. Melakukan hal – hal gila, melihat Ando yang membelikannya berbagai macam barang tanpa pandang harga dan mendengarkan Ando bercerita tentang apa yang selama ini dirasakannya, membuatnya merasa nyaman di samping cowok itu. “Makasih buat hari ini, lukisan kecil itu, jalan – jalan dengan sepeda sampai kaki gue sakit,” Dan Ando nyengir dibuatnya, “Foto bersama bule, berantem di kios orang karna kekonyolan lo. dan sore ini, gue menikmatinya.”
           
            Ando selangkah lebih dekat dengannya, berdiri berhadapan hingga ujung jari kaki mereka saling bersentuhan. Dia menyentuh lembut wajah Lista dan mengelusnya. “Gue juga suka dengan hari ini.” Jawabnya dengan senyum di wajahnya.
            Entah siapa yang memulai, Ando mendekat dan melingkarkan tangannya di pinggang Lista, dan cewek itu, seolah terhipnotis dengan tatapan Ando yang tak lepas darinya, menutup mata dan membiarkan tangannya bergerak sendiri mengalungi leher Ando, berjingkit karna cowok itu lebih tinggi darinya, dan membiarkan Ando menciumnya tepat di bibir, memeluknya dengan lembut, tepat saat matahari terbenam sempurna.

♥ ♥

            Lista yang baru saja selesai mandi dan berpakaian, senyam – senyum sendiri ketika teringat ciuman mereka di pantai. Wajahnya semakin memerah ketika dia mengelus bibirnya sendiri lalu menggelengkan kepalanya. Berusaha menyingkirkan bayangan romantis itu jauh – jauh.
            “Lis...” Seseorang dari balik pintu memanggilnya. Dia yang baru saja selsai mandi, melirik jam di kamar yang menunjukkan jam 8 malam. Kedua temannya entah menghilang entah kemana sejak siang tadi. Dia memutuskan membuka pintu dan melihat Ando di depannya.
            “Jalan yuk. Gue lapar nih.”  Ajaknya. Membuat bayangan ciuman di pantai tadi mendadak hadir dan membuat Lista seketika memerah.
            “Lo kenapa?” Ando bingung melihat perubahan wajah Lista. Jujur, dia gugup berhadapan dengan Lista setelah kejadian sore tadi. Sungguh, tempat romantis memang memancingnya untuk melakukan hal gila. Namun dia takkan menyesalinya walau setelah itu, dia dan Lista digoda habis – habisan karna menghilang seharian.
            Lista menggeleng pelan. Dia masih malu hingga memilih menunduk. “Jalan kemana? Gue masih capek.”
            “makan dekat – dekat sini aja, Lis. Gue laper banget nih. Beneran deh.”
            Lista menatap Ando lekat. Lalu entah kenapa, ajakan makan membuat perutnya keroncongan. “Yuk...” Jawabnya dan membiarkan tangannya ditarik Ando menjauh meninggalkan kamarnya.

♥ ♥

            Mereka pulang dengan perut kekenyangan. Ando mengajaknya makan di salah satu restoran dekat dengan Villa yang kebetulan adalah restoran kesukaannya setiap dia ke Bali. Mereka syik mengobrol hingga tak sadar jam menunjukkan pukul 11.30 malam. Namun, hal itu tak berpengaruh karna disekitar mereka masih ramai. Bahkan toko kue disamping Villa pun masih buka.
            Ando mengantar Lista sampai kamarnya. Dia sangat lelah sekali hingga menguap berkali – kali. “Gue balik yah.” Ucap Ando ketika tiba di depan kamarnya. Lista mengangguk. “Udah lo balik sana. Kasian tuh mata kayak panda.” Ucapannya membuat Ando nyengir dan mengacak – acak rambutnya. “Have a nice dream, sweety.” Ando menarik pelan kepala Lista agar dekat dengannya dan mencium keningnya lama. Lalu tersenyum dan berjalan meninggalkannya lalu melambaikan tangannya sebelum Ando masuk kamar dan menutup pintu.
            Ketika Ando sudah masuk kamar, Lista langsung masuk kamar untuk mengambil kado, dan keluar lagi sambil menutup pintu pelan karna kedua sahabatnya sedang tidur pulas. Dia pergi lagi untuk beli kue ulang tahun untuk Ando di toko roti sebelah Villa yang sempat mencuri hatinya sambil berharap semoga tidak tutup.

♥ ♥

            Lista masuk ke Villa dengan wajah sumringah. Jam menunjukkan pukul 00.00. hari ini, Ando berulang tahun dan dia memegang kue tart yang dibelinya dengan kado di tangannya. Dia bermaksud membalas perlakuan Ando yang romantis itu dengan kejutan ulang tahunnya. Kamera polaroid beserta isi filmnya dia belikan untuk Ando mengingat cowok itu tergila – gila dengan fotografi terbungkus indah. Sambil bersiul dia membayangkan cowok itu terkejut dengan suprise yang diberikan dan kadonya. Mengingat dia tau kalau Ando dari dulu ingin beli namun tak pernah kesampaian karna selalu lupa.
            Mendadak, senyum di wajahnya menghilang ketika kamar Ando terbuka sedikit dan dia melihat, Karen, dengan tank top bewarna merah, celana hot pants  bewarna senada, sedang duduk di sisi ranjang dan kue tak kalah besar di tengah mereka. Ando duduk sambil wajah kaget karna tak menyangka mendapat suprise. Dia membuka pintunya sedikit lagi dan terkejut dengan apa yang dilihatnya.
            Karen memotong kue ulang tahun itu setelah Ando meniup lilin dan mencium pipi hingga hampir mengenai sudut bibir Ando. cowok itu hanya tersenyum dan membalas ciumannya di pipi kiri Karen dengan cepat. Membuat cewek itu tersipu dan menyodorkan kadonya yang besar lalu menyuapi Ando dengan kue yang sudah dipotongnya sambil mengambil krim di atas kue itu dan mencolek pipi Ando. membuat mereka tertawa bersama.
            Mendadak, hadiah yang dibelinya menjadi tidak berharga lagi, kue yang dibelinya mendadak tak ada artinya lagi ketika melihat semua itu. Lista menjatuhkannya ke lantai. Membuat mereka menoleh ke arah pintu dan terkejut. Apalagi Ando yang melihat Lista berdiri di depan pintu seperti patung.
            “Lo...” Lista berkata dengan suara bergetar. Air mata tak diinginkannya jatuh menetes membasahi pipinya. Membuat Ando langsung turun dari ranjang dan mengejarnya ketika Lista berlari.
            “Elista!” Ando memanggilnya berulang kali. namun Lista memilih tuli sambil menuruni tangga, berlari tanpa arah dengan air mata yang masih membasahi pipinya. Hatinya mendadak sakit sekali.

            Karen melihat kejadian itu, tersenyum puas sambil melipat tangannya di dada. Rencananya sukses.
           
             Gotcha.”
           
           
Teaser part 14 Be Yours?! DAMN?! – breakaway.
           
            Lista menangis di pantai sambil menelungkupkan wajahnya di antara kedua lututnya. Hatinya sakit teringat kejadian tadi. Dan tiba – tiba, ada sebuah benda hangat melingkupinya, memeluknya hingga dia tak kedinginan lagi.
            “Lista...” Ando duduk di depannya. Dan Lista memilih pura – pura tak mendengar hingga akhirnya dia mendongkakkan wajahnya. Membuat Ando bisa melihat air mata itu masih membasahi pipinya, dan matanya memerah.
            “Maaf...”
            “Gue bodoh. Seharusnya gue tak usah lari liat lo berduaan dengan Karen. Kita kan bukan pacar beneran. Kita Cuma KONTRAK.”
            “Lis... bukan mak..”
            “Pergi. Gue pengen sendiri.”
            “Lista...”
            “Kalau lo gak pergi,” Lista berani menatap matanya. Dan Ando bisa melihat sakit di matanya itu. “Gue bersumpah, gue yang pergi ninggalin lo hingga lo tak bisa mencari gue lagi.”
           

Comeeenntt....