Lista
tertidur dengan kepala bersandar di jendela pesawat. Tak menyadari sejak tadi
Ando sudah berada di sampingnya setelah sukses membujuk Karen habis – habisan
agar tukar tempat. Entah kenapa, melihat Lista tertidur sepanjang perjalanan
membuatnya bisa melihat satu – persatu
pertahanan yang menjadi tameng di diri gadis itu memudar perlahan. Membuatnya
mudah untuk didekati. Membuat Ando memutuskan untuk tidur dengan menyandarkan
kepalanya di pundak Lista.
Karen
berusaha menghilangkan kejengkelannya karena diusir Ando secara halus untuk
pindah duduk dengan membaca novel berbahasa inggris yang baru dibeli. Dia
menoleh ke samping dan melihat posisi tidur Ando yang membuatnya semakin
jengkel. Dia menghela napas dan menutup buku yang dibacanya, “Sabar...” Ucapnya
sambil melirik Ando yang tidur. Wajahnya terlihat semakin menarik di matanya.
Tanpa tau malu, Karen berdiri dari duduknya perlahan, mencodongkan tubuh ke
arahnya dan mengecup bibir Ando sekilas.
Lalu, dengan cepat dia duduk lagi dan melanjutkan untuk membaca novelnya
dengan senyum yang semakin lebar karna sebuah ide brilian muncul.
♥
♥
Pesawat
terguncang pelan membangunkan Lista dari tidurnya. Sejujurnya, dia trauma naik
pesawat karna pernah hampir mengalami kecelakaan saat dia pulang dari Jogjakarta bersama
keluarganya waktu dia kelas 2 SMP. Pengalaman itulah yang membuatnya memutuskan
untuk tidur daripada terus – terusan memicingkan mata di dalam pesawat,
membiarkan kenangan demi kenangan 5 tahun lalu itu menerornya.
Dia
menoleh ke samping kiri dan terkejut ketika Ando, sekarang duduk disampingnya.
Namun bukan itu yang membuatnya terkejut, tapi yang membuat hatinya merasa
tertohok adalah posisi kepala Ando yang bersandar di pundak Karen dan cewek itu
juga tertidur dengan posisi serupa sehingga mereka tidur bersentuhan dahi.
Tangan Ando menggenggam tangan Karen di sandaran kursi entah kenapa membuat
Lista panas.
“Kenapa
gue jadi pengen nyekik si Karen yah? gue cemburu? Gak mungkin deh kayaknya.
Lagian gue percuma juga cemburu sama si Playboy sekolah ini. Gak ada
untungnya.” Batinnya dalam hati.
Tapi,
lama – lama Lista tak tahan melihatnya. Melihat napas mereka beradu dekat,
tangan saling menggenggam seolah menjaga, membuatnya serasa ingin meloncat dari
pesawat ini dan turun dimana saja agar dia tak melihat hal itu. Hatinya tanpa
sadar sakit. Dan tanpa sadar juga tangannya menggapai tangan kanan Ando dan
meremasnya sangat kuat. Sanggup membuat jari – jari remuk. Membuat Ando membuka
mata perlahan dan kaget dengan posisi tidurnya.
♥
♥
Dia
bingung karna tau – tau bersandar di pundak Karen dan menggenggam tangannya.
Seingatnya dia tidur dengan posisi kepala bersandar di pundak Lista sambil
mengelus tangan kirinya. Bukan seperti ini. Perlahan, dia menjauhkan kepala
Karen darinya dan melepas genggaman tangan gadis itu darinya. Lalu melirik
Lista yang masih memegang tangannya.
Lista
melihat semua itu dengan diam. Seandainya dia jadi Ando, mungkin dia tak
menjauhkan kepala Karen darinya dengan lembut, tapi menoyornya keras hingga
jatuh dari kursi kalau perlu. Pemikiran itu langsung dibuangnya jauh – jauh.
Dia tak punya alasan untuk melakukannya. Tak ada.
Karen
yang rupanya mudah terbangun oleh sentuhan kecil mulai menggeliat dan membuka
matanya tepat saat Ando melihatnya. Dia tersenyum manis dan melirik Lista yang
hanya menatapnya. “Hai Lis...”
Lista
hanya senyum dan memutuskan untuk membuka tasnya dan mengambil buku lalu
membacanya.
Tiba
– tiba pesawat bergetar lagi. Membuat Lista otomatis menutup buku dan spontan menggenggam
tangan Ando yang berada di sandaran kursinya. wajahnya pucat pias. Membuat
cowok itu menoleh ke arahnya, “Kenapa Lis?”
Lista
semakin meremas tangannya dengan kuat. Jari – jarinya semakin dingin karna
perpaduan pendingin udara dan ketakutan yang parah. “Gue takut.” Jawabnya
dengan terbata – bata karna getaran semakin kuat. Bahkan membuatnya terguncang
pelan.
Tanpa
disangka, Ando langsung memeluknya erat. Dan dia entah kenapa tak menolak.
“Syutt.. tenang. Ini Cuma getar biasa kok. soalnya kita mau mendarat kan? gak
ada yang perlu ditakutin, Lis.”
“Yakin
gak papa? Gue takut, Ando.” Entah kenapa, dia semakin memeluk Ando erat. Seolah
dia memeluk kakaknya sendiri. Kejadian 5 tahun yang lalu saat pesawat
terguncang hebat hingga semua koper yang ada di bagasi atas berjatuhan
menerornya lagi. Seolah terasa nyata baginya.
“Just
trust me. Semua akan baik – baik aja, Lista. Percaya deh.” Ando yang tak
tau kenapa Lista segitu takutnya akan naik pesawat, menenangkannya dan mencium
puncak kepalanya. Memberi kesan tenang yang dalam hingga terdengar dengkuran
halus di pelukannya. Lista tertidur. Membuatnya tersenyum dan melepas pelukannya
lalu merebahkannya di kursi dan menggenggam tangan kirinya erat sambil sesekali
mengelus pipi mulusnya itu.
Karen
yang melihat kemesraan telak di depan matanya, tanpa sadar mengepal tangannya
dan memukul sandaran kursi. Dia cemburu.
♥
♥
Bian mondar – mandir seperti setrika rusak di
kamarnya sambil melirik ponsel dihadapannya. Dia tau ketakutan Lista akan naik
pesawat dan lupa memberitahukan pada Ando tentang itu. Dan sampai sekarang
Lista tak menelponnya. Jangan ditanya sudah berapa kali dia menghubungi.
Puluhan kali dia melakukannya dan bukan Lista yang menjawabnya, tapi operator
sialan itu yang menjawab panggilannya dengan suara yang membosankan.
“Aduhh...
Lista! Lo dimana sih?!” Bian teriak frustasi sambil memijit kepalanya. Pusing
kepalanya karna adiknya tak jua menelpon. Gerakannya terhenti ketika seseorang
masuk dalam kamarnya. Wajahnya langsung tersenyum lebar.
“Sejak
kapan lo disini, Din?” Tanyanya pada Andini, salah satu sahabatnya yang
sekarang duduk disampingnya dan membawakan makanan kesukaannya. Martabak.
“Baru
aja. Ntah kenapa gue beli tadi langsung inget sama lo. yaudah gue mampir aja
dan langsung disuruh Erika ntuk nyamperin lo di kamar. Ckckkck...”
“Kakak
gue hebat banget nyuruh cewek secantik lo masuk kamar gue yah. belum tau siapa
gue ternyata...”
Andini
tertawa mendengarnya. Dia tau kemana jalan pikiran si Bian yang rada – rada
mesum ini. “Emang lo berani ngapa – ngapain gue? Gue tinggal teriak aja dan lo akan
bonyok dihajar Erika. hahahaha...”
Bian
tersenyum mendengarnya. Kedatangan Andini membawakan makanan kesukaannya cukup
membuatnya bisa berpikir tenang. Mungkin pesawatnya delay jadi telat
nyampe. Pikirnya dalam hati. “Lo ada acara gak hari ini?”
Andini
menggeleng, “Gak sih. Kenapa?”
Bian
mengangguk sambil memakan martabaknya. Dan Andini tak berniat untuk mencicipi
karna tau Bian paling pelit berbagi makanan kesukaannya. Dengan Erika, yang
jelas – jelas kembarannya saja dia tak sudi untuk berbagi apalagi dengannya,
“Temanin gue ke makam Jasmine yah. Gue akhir – akhir ini mimpiin dia mulu. Dia
datang Cuma tak pernah dekatin gue. Tersenyum dari kejauhan terus hilang
begitu. Kenapa yah?”
Andini
terdiam. Erika sering curhat dengannya kalau Bian tak bisa melupakan Jasmine
sampai saat ini. Rupanya sahabatnya yang satu ini benar – benar cinta dengan
tulus pada Jasmine. Ah... betapa beruntungnya cewek itu karna dicintai Bian
yang notabene sangat setia kalau sudah mencintai seseorang. Pikirnya dalam
hati. “Oke deh. gue kebetulan gak ada acara juga sih.”
Spontan, Bian mencubit pipinya dan membuat mereka saling bertatapan. Entahlah sudah ribuan kali dia berkata bahwa Bian memang sahabatnya yang paling ganteng dan siapapun gadis yang dapat membuatnya tersenyum lagi, maka dialah gadis beruntung itu. “Sakit, Bian!”
Spontan, Bian mencubit pipinya dan membuat mereka saling bertatapan. Entahlah sudah ribuan kali dia berkata bahwa Bian memang sahabatnya yang paling ganteng dan siapapun gadis yang dapat membuatnya tersenyum lagi, maka dialah gadis beruntung itu. “Sakit, Bian!”
Bian
cengengesan dan mengedipkan mata. “Pipi lo enak sih buat dicubit. Serasa nyubit
kue bakpau gitu. Kenyal – kenyal gimanaaa... gitu.”
“Gue
tau otak lo gak ngomong begitu Bian...” Dia melirik sinis dan Bian tertawa
dibuatnya. Entah dengan gaya apa hingga Andini tau isi otaknya. Membuatnya
mencubit pipinya lagi dengan gemas. Entah kenapa, Bian langsung menyuapi Andini
dengan martabaknya.
“Serius?”
Tanya Andini ketika Bian ngotot ingin menyuapinya.
“Ayolah..
mumpung gue lagi baik hati nih.” Desaknya dan Andini dengan senang hati membuka
mulutnya. Membiarkan Bian menyuapi sepotong martabak untuknya. *setelah itu
langsung sumpelin mulut kak Dini dengan cabe biar kepedesan* *tertawa
licik*
♥
♥
Bian berada di pemakaman Jasmine dengan
sebuket bunga melati segar yang dibelinya tak jauh dari sini. Dia baru ingat
kenapa selalu memimpikannya, karna hari ini adalah dimana gadis itu pergi
meningalkannya. 4 tahun lebih Jasmine pergi dari hidupnya, dari dunianya. Namun
serasa baru kemaren Bian melihatnya gadis itu terkubur di tanah dan dialah yang
menguburnya kembali. Ingatan itu membuatnya tersenyum sedih.
“Hai...
sudah 4 tahun yah kamu pergi. Gak terasa yah kamu pergi secepat itu. Perasaan
baru kemaren aku mengalaminya.” Bian mengelus nisannya dengan lembut. Seolah –
olah dia mengelus sosoknya.
“Tadinya
aku mau ajak Andini untuk kesini. Gak taunya tuh anak ditelpon mamanya untuk
segera pulang. Jasmine,” Dia terdiam. Sejenak tak tau harus berkata apa, “Aku
memimpikanmu akhir – akhir ini. Kenapa? Kamu mendatangiku dengan wajah senang,
ketika aku mendekat, kamu malah menjauh dan samar – samar bilang, “Selamat
tinggal. Kejarlah kebahagiaanmu dan sekarang sudah saatnya kau menyimpan
kenangan kita di sudut hatimu yang paling dalam. Bukan selalu memutarnya di
memori bagai kaset rusak dan meratapinya. Aku ingin kamu bahagia. Bukan
meratapi kepergianku.” Aku gak ngerti.” Bian menghela napas sedih. Bukannya
tak ingin melupakan, tapi dia tak yakin apakah bisa. dia selalu menggoda cewek
lain bukan untuk melampiaskan sakit hatinya, hanya sebagai hiburan untuknya
yang terkadang selalu teringat Jasmine.
Bian
menoleh ke samping kanannya dan melihat samar – samar cewek yang dikenalnya,
berada tak jauh darinya sambil mengelus nisan sambil sesekali mengusap air
matanya. Dia merasa kenal, tapi tak yakin apakah itu dia atau sosok yang mirip
dengannya.
“Jasmine,
aku pergi dulu yah. nanti aku bakal kesini lagi. ” Dia berdiri dan mencium
nisan itu lalu berjalan pelan ke arah gadis yang mencuri tatapannya itu.
Bian
menyentuh pelan pundaknya yang terguncang pelan karna isakannya. Seolah sadar,
cewek itu buru – buru menghapus air matanya dan menoleh ke arahnya dan
terkejut.
“Lo?
“Suster
Lhyesha?”
♥
♥
Mereka
sekarang tiba di Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Ando mengguncang pelan tubuh
Lista yang tertidur itu dengan lembut. Entah kenapa, igauan pelan gadis itu
mengusiknya dengan wajah ketakutan yang tak pernah dilihatnya. Bahkan lebih
takut dari dia yang membawa Lista ke rumahnya karna gadis itu demam tinggi dan
tertidur di mobilnya.
Lista
mengerang pelan dan membuka matanya. Mata mereka bertatapan dengan jarak yang
sangat dekat. “Udah nyampe?”
“Iya.
Yuk.” Ando berdiri dan mengambil tas ransel Lista yang berada di bagasi dan memberikannya.
Lista menyambutnya dan mengenakannya di pundak. Matanya menatap bingung ketika
Ando mengulurkan tangannya, “Kenapa?”
Melihat
Lista lola, dia mengambil tangan kirinya dan menggenggamnya erat. Seolah tak
ingin terlepas. “Pegang tangan gue dan jangan sampai lo lepas.” Ucapnya dan
sebelum Lista menjawab, dia menariknya keluar dari pesawat.
♥
♥
“Andooo...”
Suara seksi terdengar dari belakang ketika dia menginjakkan kaki di bandara.
membuat mereka menoleh dan melihat Karen mengejarnya sambil menarik kopernya.
Seolah tak ingin terpisah. “Kok gue ditinggalin sih?” Tanyanya dengan suara
manja dan matanya melirik ke arah tangan mereka yang saling tergenggam.
Ekspresi wajahnya iri namun disembunyikannya dengan senyum manis.
“Gue
pengen ke toilet. Makanya ngajak Ando untuk buru – buru keluar.” Lista
memberikan alasannya dan menatap Ando yang berkerut kening. Entah kenapa, dia
tak rela cowok disampingnya ini dimonopoli.
Karen
tersenyum tipis mendengar alasannya. Tanpa ragu dia melingkarkan tangannya di
lengan Ando dengan mesra. “Sudah ngambil koper? Yuk ngambil dulu. Ntar
ketinggalan lagi sama rombongan yang lain.”
Sebelum
menjawab, tiba – tiba ada yang berdehem di belakang mereka, “Lis, gak ikut
ambil koper? Yuk...” Tanpa disangka, Jayden, sahabat Ando, dengan sifat
flamboyan dan segala pesonanya, mengulurkan tangan ke arah Lista. Dan kedua
temannya, Cindy dan Shabrina mengangguk dibelakangnya. Shabrina menatap Karen
dengan penuh cela. Kalau saja membunuh dilegalkan, mungkin cewek ini sudah dia
ikat di ban pesawat dengan kuat dan membiarkannya tergilas di aspal sampai remuk. Pemikiran
sadis itu membuat Shabrina nyengir lebar.
Melihat
Lista ragu, Jayden nyengir. Pura – pura tak melihat Ando meliriknya garang
daritadi. Tak terima. “Gue gak gigit lo kok. ayo..” Dan entah kenapa, Lista
melepas pegangannya di Ando dan menggenggam tangan Jayden yang tersenyum puas
melihatnya.
Perasaan
tak suka, posesif yang kuat hadir kembali, lebih kuat ketika tangan mulus Lista beralih ke tangan
sahabatnya sendiri. Membuatnya menggeram marah tertahan. “Lista bareng gue.”
Dia melepas rangkulan Karen di lengannya dan menarik Lista menjauh. Membuat
genggaman tangannya ke Jayden terlepas dan menarik Lista menjauh. Cowok itu
hanya tersenyum geli melihat sifat Ando yang tak pernah dia lihat sebelumnya.
Karen
yang melihat Ando menjauh, langsung hendak menyusul, namun buru – buru ditarik
Shabrina dan Cindy. “Yuk kita ambil koper bareng. Biarin mereka BERDUA saja.”
Shabrina berkata lembut sambil menekan kata “berdua” dengan sangat jelas seolah
mengartikan, “Ando pacar Lista, bukan milik lo!”
Karen
tersenyum penuh terpaksa dan mengikuti mereka walau dalam hati luar biasa
jengkelnya karna usahanya ditahan Shabrina yang masih saja merangkul lengannya.
Seolah dia tahanan yang kapanpun bisa kabur.
Jayden
melirik Lista yang pinggangnya dirangkul Ando dengan posesif di kejauhan
sesekali mereka berdebat. Dia tersenyum dan memutuskan mengikuti mereka.
♥
♥
Bian
sekarang duduk di sebuah cafe yang tenang tak jauh dari pemakaman dengan
Lhyesha yang duduk di depannya. Entah apa dipikirannya ketika langsung
menghampirinya dan mengajak cewek yang baru 2 kali bertemu untuk duduk
dengannya dan anehnya, cewek itu tak menolak walau wajahnya sembab karna
menangis hebat. Dia melirik Lhyesha yang bertopang dagu sambil menatap ke arah
lain. Seolah ada yang dipikirkannya. Entah kenapa membuat Bian tak bosan
melihatnya. Seolah ada magnet yang menariknya dari gadis bejilbab di depannya
ini.
“Suster
Lhyesha..” Panggilnya dan cewek itu menoleh dan tersenyum. Seolah geli dengan
panggilannya.
“Panggil
gue Lhyesha aja. Kita kan gak dirumah sakit.”
Bian
tersenyum dan mengulurkan tangannya. Membuat gadis itu bingung. “Kita kan belum
kenalan. Yahh.. walaupun lo udah tau siapa gue, tapi gak ada salahnya kan kita
saling kenal dekat?”
Namun,
jawaban polos Lhyesha membuatnya kaget, “Gue gak tau siapa lo. emang lo siapa?”
Bian
nyengir salah tingkah. Seandainya kakaknya melihat kejadian ini, dia akan
diledek habis – habisan karna terlalu pede dengan semua suster di rumah sakit
mengenalnya. “Gue Febrian Pradipta. Dan lo?”
“Pradipta?
Anaknya dokter Putra?” Tanyanya dengan shock dan Bian merutuk dalam hati
kenapa jadi menyebutkan nama belakang keluarganya di depan gadis ini. Dan dia
terpaksa mengangguk. “Gue Lhyesha Anindya. Panggil aja Anin atau Lhyesha. tanpa
embel – embel suster pastinya.”
Bian
tertawa mendengarnya dan Lhyesha tersenyum. Entah dia mimpi apa kemarin jadi bisa duduk berhadapan dengan
cowok yang mencuri pandangannya saat mereka tabrakan di lorong rumah sakit.
Anak direktur rumah sakit pula. “Lo ngunjungin siapa disini?” Tanyanya dan Bian
terdiam. Ekspresinya langsung sedih. Membuatnya mengutuk dalam hati kenapa
bertanya dengan wajah tak berdosa itu padanya. “Sorry. Kalau lo gak mau
bilang juga gak papa.” Dia buru – buru minta maaf dengan wajah tak kalah
menyesalnya.
Dia
menggeleng dan menatap Lhyesha dalam. Warna matanya yang hitam kelam
mengingatkannya dengan Lily, keponakan Ando yang disukainya, wajahnya memang
tak secantik Jasmine atau cewek – cewek yang mendekatinya, namun entah apa, dia
tak tau ada sesuatu yang membuatnya ingin mendekat lebih jauh lagi. Termasuk
ingin bertanya kenapa gadis itu menangis tersedu – sedu di pemakaman. “Gak papa
kok. gue ...” Dan entah kenapa, dia menceritakan soal Jasmine pada gadis yang
baru dikenalnya dengan lancar. dan Lhyesha melipat kedua tangannya di meja dan
mendengarkannya dengan serius.
♥
♥
Lista
mengirim pesan pada kedua kakaknya kalau dia sudah tiba di Bali dan melirik
Ando di sampingnya. Di kejauhan, Karen bersama yang lain sambil sesekali
melirik mereka berdua. Membuatnya entah kenapa langsung merangkul Ando dan
membuat cowok itu yang sedang menunggu kopernya keluar dari mesin , bingung.
“Kenapa
lo, Lis? Tenang aja, gue gak bakal hilang kok sayang.” Entah kenapa tingkah
Lista sangat aneh hari ini. Namun dia menikmatinya.
Lista
buru – buru melepas rangkulannya dan melirik ke arah lain. Wajahnya memerah
malu namun disembunyikannya. “Pede! Lo hilang pun gue gak akan peduli!”
“Yakin?”
Ando mencolek dagu Lista yang lancip itu dengan seringai menggoda. “Lo kalau
cemburu manis loh.”
“Gue
gak cemburu!” Teriak Lista dan buru – buru menutup mulutnya sendiri ketika
beberapa pengunjung melirik penuh arti ke arah mereka berdua. “Gara – gara lo
sih. Gue diliatin tau!” Desisnya ketika
Ando semakin menggodanya.
“Gue
melakukan apa? Gue kan Cuma ngomong. Gak nyolek – nyolek atau sebagainya. Lo
nya aja yang heboh.”
“Tau
ah gelap!” Lista menjauh karna tak tahan digoda. Membuat Ando yang baru
mendapatkan kopernya langsung menyusul Lista dan merangkul pundaknya. “Jangan
pergi kemana – mana tanpa gue. Oke?”
“Dan
lo jangan kemana – mana ama Karen.” Tanpa sadar, Lista mengucapkan apa yang
dipikirannya dengan suara sangat pelan. Namun telinga Ando yang tajam bisa
menangkapnya. Dia terhenti dan melirik Lista yang terlihat salah tingkah dan
mengutuk dirinya sendiri.
“Coba
ulangi lagi, sayang. Gue pengen dengar. Habis terlalu pelan sih.” Dia menundukkan
tubuhnya agar sejajar dengan Lista dan
menatapnya yang menoleh ke arah lain. Wajahnya sangat memerah malu. dan Ando
memegang dagunya dan mendongkakkannya hingga mereka bertatapan. Entah siapa
yang memulai, Lista menutup mata dan Ando semakin dekat, dekat, dan...
“Andooooo!!! Ayoo cepetan! Bisnya mau
berangkat!” Teriakan Karen membuat Ando tersadar ketika jarak mereka semakin
dekat dan dia langsung menjauh dari Lista. Dia membuka mata dan membiarkannya
ditarik Ando yang setengah berlari membawanya menuju bis.
♥
♥
Karen
tak rela ketika dia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau mereka hampir
saja berciuman di Bandara. dia tak peduli apa yang dibilang Ando pada Lista
hingga mereka seperti itu. Dia hanya tak mau, bekas bibirnya yang melekat di
bibir Ando, cowok pujaannya itu terganti dengan Lista.
Dia
tersenyum puas ketika lagi – lagi, keberuntungan berpihak dengannya. Nomor
kursi bisnya ternyata berurutan dengan Ando. membuatnya dia duduk bersebelahan
dan cowok itu tersenyum melihatnya.
“Mau?”
Tawar Karen yang sengaja membawakan makanan kesukaan Ando, Roti manis ke
arahnya. Dia tau kesukaan Ando karna setiap pergi ke kantin, cowok itu pasti
membeli roti manis yang memang terkenal enak di sekolah mereka dan memakannya
dengan lahap. Dia mencatat setiap kebiasaan Ando di memorinya dan
menggunakannya sebagai senjata di saat – saat tepat.
“Enak?”
Tanyanya ketika Ando memakannya dan langsung mengacungkan jempol. “Banget. lo
bikin sendiri?”
Karen
mengangguk puas. Tak sia – sia dia bangun jam 3 subuh hanya untuk buat roti. “Syukur
deh kalau lo suka. Gue gak yakin sih masalahnya.”
“Ini
enak kok. gak kalah dengan jualan Mpok Arny di kantin sekolah.”
Karen
tersenyum dan menguap. Sekarang dia sangat mengantuk. Membuatnya tertidur
sambil menundukkan wajahnya dan oleng ke kiri hingga nempel di pundak Ando
sambil memegang kotak kue berisi roti di pahanya.
“Karen...”
Panggilnya namun cewek itu hanya bergerak sedikit dan malah semakin mendekatkan
diri ke arahnya. Tidurnya terlihat sangat pulas. Entah kenapa, Ando baru sadar
bahwa teman sebangkunya ini sangat cantik. Tapi herannya, dia biasa saja.
Melihat
tingkah Karen yang rupanya keenakan tidur di pundaknya, dia menjadi tak tega
untuk mendorong kepalanya pelan untuk bersandar di dinding. Akhirnya dia
membiarkan saja dan meneruskan membaca buku sambil memakan roti pemberian
Karen. Tanpa menyadari, Lista yang duduk dengan Jayden, menoleh ke belakang melihat
semua tingkahnya daritadi dan berbalik ke depan. Mencoba melupakan apa yang
dilihatnya dengan menutup mata dan menghela napas.
“Kenapa
hati gue mendadak tak rela begini?”
“Kenapa,
Lis?” Tanya Jayden yang melihat Lista menghela napas berkali – kali.
Lista
menggeleng. “Gak papa kok, Jay.”
Jayden
menoleh ke belakang dan melihat Ando yang asyik mendengarkan lagu sambil
membaca buku dengan Karen yang bersandar di pundaknya. bahkan sesekali
menggerakkan kepalanya hingga ujung hidungnya menyentuh leher. Dia tersenyum
dan kemudian membalikkan tubuhnya ke depan. Tau kenapa Lista sekarang sangat
gelisah.
♥
♥
Erika
mendengus kesal karna mobilnya mogok disaat yang sangat tak tepat. Dia menelpon
Bian, namun entah kenapa kembarannya yang satu ini tak bisa dihubungi.
Membuatnya mengerang. Ingin menelpon Randy, baru ingat dia putus dengan calon
dokter itu sekitar 5 bulan yang lalu karna ketahuan selingkuh dengan suster di
rumah sakit. Menelpon papahnya, itu lebih tak mungkin lagi.
“Kemana
semua pria saat dibutuhkan?!” Jeritnya dalam hati.
Erika
keluar dari mobilnya dan menendang ban depan dengan kesal. Bisa dipastikan dia
akan telat ke kampus dan parahnya lagi, dia tak melihat bengkel di sekitarnya.
Dia berjalan ke belakang dan melongo ketika dua ban di belakangnya kempes
total. Membuatnya langsung jongkok dan tangan yang menutup wajahnya. Frustasi
dengan kesialannya dan dia berdiri lalu berjalan ke depan dan membuka penutup
mesin mobilnya, dan asap tebal langsung keluar menutupi wajahnya. Membuatnya
terbatuk – batuk sambil mengibas – ngibaskan tangannya mengusir asap.
“Sial
benar hidup gue hari ini.” Rutuknya dan mengambil ponsel yang bergetar. Dia
membaca sms Lista yang mengatakan bahwa dia sudah tiba di Bali. Membuatnya
tersenyum miris, “Adek gue liburan ke bali dengan pacarnya, kembaran gue hilang
entah kemana, dan gue berada di pinggir jalan dengan kondisi mobil mogok dan
kempes ban.” Rutuknya meratapi nasib sialnya.
Tiba
– tiba, Dia baru ingat ada 2 ban serep di bagasi mobilnya yang super lebar
beserta alat - alatnya. Dia tersenyum dan menggulung lengan bajunya. Untung
Bian mengajarinya bagaimana cara mengganti ban. Dengan senyum dia berjalan ke
belakang untuk mengambilnya.
“Butuh
bantuan?” Suara cowok seksi dan berwibawa terdengar di belakangnya beserta deru
kendaraan. Erika menoleh dan melihat cowok yang sedang membawa motor Ninjanya,
dengan wajah yang hanya matanya saja terlihat karna tertutup helm sedang
melihatnya penuh antusias.
Melihat
Erika hanya melengos saja, cowok itu turun dari kendaraannya, melepas helmnya
dan membantu Erika, “Sini gue bantuin. Ini pekerjaan cowok.” Dia mengambil ban
serep yang hampir di angkat Erika dari bagasi dan tersenyum manis ketika cewek
itu meliriknya garang.
“Emang
gue ada ngijinin?” Tanyanya ketus dan brusaha tak terpancing dengan wajahnya
yang tampan. Baginya, cowok tampan itu semuanya sama. Playboy!
“Mulut
lo memang gak bilang iya, tapi gue bisa tau lo lagi butuh bantuan. Ban serep
ini berat. Dan gue gak mau tangan – tangan lo yang halus itu mengangkatnya.”
Dia tersenyum dan memutuskan untuk mengulurkan tangan. Memperkenalkan diri.
“Gue Kendra kalau lo pengen tau.”
Erika
membalas ulurannya demi kesopanan semata. “Riri.” Dia tak bohong karna kadang
dia dipanggil dengan nama itu. Tapi ntah kenapa, dengan cowok yang bernama
Kendra ini dia harus berhati – hati. Ada hawa tak enak melingkupinya. Penuh
pesona hingga hampir membuatnya jatuh.
“Nama
yang cantik. Mana peralatannya?” Tanya Kendra dan Erika langsung mengeluarkan
semuanya dan Kendra melakukannya dengan cekatan. Seolah – olah terbiasa.
Erika
memperhatikan dengan seksama bagaimana Kendra memasang kedua ban serepnya di
mobil dan mengembalikan kedua bannya yang kempes beserta peralatannya di bagasi
mobilnya. Dan Erika mengikuti langkahnya di belakang.
“Makasih.”
Dia tersenyum ketika cowok itu menutup bagasi mobilnya dan mengelap dengan
menggosok – gosokkan tangannya. Membuatnya spontan mengambil tisu dan
memberikannya.
Kendra
tersenyum saat menerimanya dan matanya beralih ke arah depan. “Mesin mobil lo
ada kerusakan yah jadi dibuka kap nya?” Dan Erika mengangguk lesu. Kalau urusan
mengganti ban serep atau memompa ban bocor, jangan ditanya keahliannya, tapi
kalau urusan mesin, dia angkat tangan.
Kendra
mengangguk lalu melangkah ke depan dan mulai mengutak atik mesinnya. Dia
tersenyum. “Cuma kerusakan biasa aja. Coba lo nyalain mesinnya. Pasti hidup.”
Perintahnya lembut dan Erika menurutinya.
Dia
masuk dalam mobil, menstarter, ajaib! Mesin mobil langsung berderu lembut.
Kendra mengacungkan dua jempolnya dan Erika keluar dari mobil sambil tersenyum
tulus. Kalau cowok asing ini tak menolongnya, entah sampai jam berapa dia di
pinggir jalan mengingat kembarannya hilang.
“Makasih
yah, Kend.” Ucapnya tulus ketika cowok itu duduk di atas kendaraannya. Siap
pergi dengan helm yang siap dipasangnya.
Kendra
yang sedang memasang helm, mendadak terhenti melihat senyum cewek itu. Beberapa
menit yang lalu wajahnya terlihat tak ramah, tapi sekarang, kalau boleh dia
jujur, senyum manisnya membuat dia enggan untuk pergi. “Sama – sama. Gue duluan
yah.” Ucapnya dan Erika mengangguk.
Sesaat,
tak ada yang berniat untuk pergi. Masing – masing hanya berdiri saling
berhadapan. Saling ingin mengatakan sesuatu tapi ditahan. Membuat suasana
canggung. Menyadari itu, Erika langsung berdehem kecil. “Gue duluan yah.”
Ucapnya dan berbalik untuk masuk dalam mobilnya. Menstarter mobilnya. Dia
melihat di kaca spion, Kendra masih menunggunya.
Erika
tersenyum melihatnya dan menjalankan mobilnya. Diikuti Kendra yang
mengiringinya sebelum cowok itu mengklakson pelan untuk ijin menyalipnya.
♥ ♥
Akhirnya,
mereka tiba disebuah cottage mewah dan
besar yang tak jauh dari pusat kota dan berhadapan langsung dengan pantai.
Udara segar langsung menyambutnya. Membuat Lista tersenyum senang dan melirik
Jayden yang dari tadi memperhatikannya.
“Kenapa?”
Lista
menggeleng. Dia sengaja mendekati Lista hanya untuk meyakini hatinya apakah
Ando, sahabatnya yang dingin akan cewek itu benar – benar naksir dengan Lista
atau hanya sekedar pacar kontrak. kalau
naksir, dia akan bersyukur mengingat mereka cocok, tapi kalau menganggapnya
sebagai pacar kontrak, jangan salahkan dia kalau Lista jatuh dalam pesonanya.
Entah
sejak kapan, Ando berdiri di belakang Lista dengan ekspresi marah tertahan
namun berusaha disembunyikan. Membuat Jayden hampir tertawa melihatnya. Seorang
Ando yang selalu berpacaran tanpa hati, cemburu. Dan itu adalah pemandangan
baru. “Yuk. Kita bareng keluar.” Ajak Jayden seolah tak melihatnya. dia ingin
menikmati wajah cemburu sahabatnya itu sekali lagi.
“Dia
bareng gue. Iyakan sayang?” Ando langsung merangkul pundaknya posesif dan menarik
tubuh Lista ke arahnya. Hingga pinggul mereka saling bersentuhan saking
dekatnya. Membuat Lista kaget karna tak
menyadari kehadirannya dan gerakan spontannya. “Iya, kan?” Bisiknya dengan nada
penekanan di telinganya. Sepanjang perjalanan, dia tersiksa melihat Lista
dengan sahabatnya, saling tertawa, bahkan dengan berani Jayden menyentuh rambut
Lista dan mengacaknya. Membuat sisi
posesifnya semakin menguat dan dia hampir saja menghampiri dan menarik Lista
menjauh dan duduk dimana saja asal berdua dengannya, kalau saja tangan Karen
tidak menggenggam tangannya erat. Seolah menyuruhnya ntuk duduk saja.
Lista
mengangguk seolah terhipnotis. Membuat Ando langsung tersenyum senang dan
menatap Jayden dengan tatapan menang. Sahabatnya itu hanya nyengir saja melihat
tingkah kekanaknya. “Yuk...” Ando langsung mengajak Lista turun sambil
membawakan koper gadis itu dan meninggalkan Jayden yang melihatnya. senyum di
wajahnya semakin lebar.
“ckckkc..
sampai kapan lo gak ngaku, Ndo? Gue rebut juga pacar lo lama – lama.” Ucapnya
dan segera turun dari bis dengan yang lain.
♥ ♥
Karen
yang lebih dulu turun, melihat Ando merangkul pundak Lista dan cewek itu
membalasnya dengan merangkul belakang pinggangnya, menggretakkan giginya dengan
marah tertahan.
“Apa bagusnya sih tuh cewek? Heran
deh,” Gerutunya dalam hati.
Saking
asyiknya memperhatikan, Tak menyadari bahwa Pamela, teman sebisnya yang akan
menjadi teman sekamarnya, mendekatinya.
“Yuk.”
Ajak Pamela dan wajah juteknya itu tersenyum padanya. Karen membalasnya dan mereka
berjalan masuk sambil sesekali berdecak kagum melihat keindahan tempat mereka.
♥ ♥
Ando
mengantarkan Lista sampai kamarnya. Sebenarnya, Villa yang mereka tempati
sekarang ini adalah salah satu kerajaan bisnis almarhum kakaknya yang bergerak
di bidang pariwisata dan perhotelan, yang sekarang dikembangkannya. Dia sengaja
mengusulkan Villa yang akses langsung ke sebuah pantai kecil tak berpenghuni
namun, akses tak jauh dari pusat kota,
bahkan dekat dengan beberapa fast food
pada Ibu Mae, gurunya yang menangani study
tour tahun ini. Entah kenapa dia mengusulkannya. Tapi melihat senyum Lista
ketika dia mengajaknya keliling Villa dan membawanya ke salah satu tempat
dimana ada gazebo yang langsung
menghadap pantai, membuatnya langsung tau alasannya dia melakukan itu.
“Suka?”
Dia sengaja menyiapkan satu kamar istimewa untuk Lista yang sering ditawarkan pada turis asing
dengan pemandangan berhadapan langsung dengan pantai mengingat gadis itu
menyukainya. dan dia tau cewek itu tidur sekamar dengan kedua sahabatnya, Cindy
dan Shabrina yang sekarang menghilang entah kemana.
“Banget!”
Lista berteriak riang ketika Ando membukakan pintu kamar, Jendela besarnya
menyerupai dinding, menampilkan pemandangan pantai yang berpasir putih langsung
memanjakan matanya. Dia berlari dan tersenyum. “Gue suka Villa ini. Hebat
banget Ibu Mae memilih tempatnya. Gak sia – sia gue nabung dari tahun kemaren
untuk ikut mengingat harganya mahal.”
Ando
meringis mendengarnya. Lista tak tau bahwa Villa yang dipujinya habis – habisan
ini adalah salah satu bisnisnya. Mungkin suatu saat nanti dia akan
memberitahunya.
“Kamar
lo dimana? Lo tidur bareng siapa?”
Ando
menarik Lista keluar dan menunjuk kamar yang berjarak tiga kamar dari mereka
sekarang. “Gue disitu sama Jayden dan Dion. Kenapa?”
“Kalau
Karen?” Entah kenapa, dia langsung teringat cewek itu dan spontan
menanyakannya. Sekedar ingin tau.
“Dimana
yah...” Ando mengingat – ingat pembicaraan mereka di bis tadi. Wajahnya
langsung berkerut kening. Merasa ada yang tak beres, “Memangnya kenapa lo nanya
gitu?”
Lista gelagapan menjawabnya. “Yaaa... gue pengen nanya aja. Kenapa?”
Lista gelagapan menjawabnya. “Yaaa... gue pengen nanya aja. Kenapa?”
“Gak
sih. Aneh aja lo nanya gitu. Kamarnya bersebelahan sama gue. Kalau gak salah
pas gue nanya tadi, dia sama Pamela dan Tata.” Jawabnya tenang membuat Lista
melongo.
“WHAT?! Dia bersebelahan dengan lo, sedangkan
gue, pacar lo malah berjauhan?! HEBAT!” Tanpa sadar Lista meneriakkan apa
yang ada di pikirannya. Wajahnya seolah – olah tak terima. Membuat Ando heran.
“Kenapa?
Gue kan gak tau kalau kamarnya bersebelahan sama gue dan dia sekamar dengan
Pamela.” Ando membela diri ketika melihat wajah Lista yang memerah antara marah
dan malu. “Gue kan Cuma ngatur
supaya lo tidur di kamar ini, gak ngurus
masalah Karen mau ditaroh dikamar mana, Lista.” Lanjutnya dalam hati.
“Iya juga sih.” Batinnya membenarkan
dalam hati. Namun enggan membenarkan.
“Memangnya
kenapa sih? Kan gue Cuma bersebelahan kamar sama dia, bukan tidur satu kamar,
Lista.” Ando mulai menatapnya penuh menggoda sekarang, “Cemburu yah?”
DEG!
“Idih...”
Lista langsung memasang wajah jijik. Seolah perkataan cowok itu adalah hal yang
paling menjijikannya, “PEDE! Gue gak ada urusan untuk cemburu hanya alasan
begituan. Udah sana keluar! Gue mau ganti baju!” Lista langsung mendorong Ando
keluar kamar ketika cowok itu masih menunjukkan wajah penuh godanya.
“Yakin
gak cemburu dengan Karen? Ada Pamela loooh..” Ando masih saja menggodanya. Dia
tau persekongkolan Lista dengan mantan pacarnya yang satu itu dan betapa
bencinya Lista dengannya.
“Gue
lupa mantan lo yang kegatelan itu juga ikut. Bagus deh, lo godain aja dia sana.
Tuh cewek butuh sentuhan gombal basi lo!” Lista menjawabnya ketus.
“Akan
gue lakuin dengan senang hati. Udah lama gue gak godain si Pamela. Hmmm.. Karen
kayaknya asyik juga gue godain tuh.” Ando berdiri di depan kamarnya, melipat
kedua tangan di depan dadanya, dan menatap Lista yang penuh emosi dengan
menantang dan sebersit kilat geli di matanya.
Mendengar nama Pamela disebut sekali lagi, Lista langsung meresponnya dengan membanting pintu keras tepat di depan wajah Ando.
Dia
tak tahan untuk tidak menyeringai melihat tingkah Lista yang satu ini. “Lo lucu
juga ternyata kalau marah yah.” Ucapnya sambil bersiul masuk kamar.
Lista
duduk di ranjang sambil menatap ke arah luar dengan tangan terkepal. Entah kenapa dia emosi
mendengar ucapan Ando yang akan menggoda cewek lain. “Aduh!” Pekiknya pelan
karna saking emosinya, dia tak sadar menggigit bawah bibirnya dengan keras.
“Gue
kenapa yah?”
Asyik
melamun, tau – tau ponsel di dalam tasnya berbunyi. Dia berdiri dan tersenyum.
“Halo..” dan suara kakaknya, Bian langsung menjawab dan sesekali menggoda
kakaknya tentang pertemuannya dengan Lhyesha. cewek yang sempat buat kakaknya
galau karna setiap ke rumah sakit dan mendatangi mamanya dengan alasan apa
saja, dia tak pernah ketemu lagi. Dan pembicaraannya membuatnya lupa dengan
kebingungan hatinya akan Ando.
♥
♥
“Gue pakai baju renang yang mana yah?” Dia
berbicara sendiri sambil membandingkan baju renangnya yang satu dengan yang
lainnya. Membuat Pamela yang baru saja keluar dari kamar mandi, berkerut
kening.
“Mau
ngapain lo, Ren?”
“Berenang.
Kayaknya enak banget berenang disitu,” Dia mengambil baju renang two piece
bewarna merah. Warna yan bisa membuat siapapun akan menoleh ke arahnya.
Termasuk Ando. dia berani menjamin cowok itu akan kesulitan menelan ludah
melihatnya.
Pamela
berjalan melewati Karen dan membuka jendela kamarnya. Dia melihat beberapa anak
cowok, termasuk Ando, sedang bertelanjang dada di hamparan pasir putih sambil
main Voli.
“Serius
lo mau berenang? Kok gue nyium bau – bau gimaanaa gitu..” Dia melirik Karen
yang sekarang menatap Ando tanpa kedip. Terpesona dengan apa yang dilihatnya.
“Mantan
gue tuh.” Pamela melanjutkan dengan nada bangga. Bangga bisa pacaran dengan
Ando walau hanya tiga hari.
“Dan
dia adalah cowok yang sebentar lagi akan jadi pacar gue.” Jawab Karen dalam
hati.
“Lo
mau ikut gak?” Tawar Karen ketika Pamela, cewek yang sangat cantik walau
wajahnya terlihat judes. Dan cewek itu hanya menggeleng. “Gue mau keliling aja.
Males berenang. Ntar tambah item. Lo mau nitip apa?” Tawarnya basa – basi.
“Gue
titip cowok bule yang ganteng yah.” Karen menjawabnya dengan nada canda.
Membuatnya tertawa, “Oke deh. ntar gue cariin khusus buat lo. Gue keluar yah.” Pamitnya dan keluar dari
kamar. Meninggalkan Karen yang sekarang mengenakan baju renang yang paling
seksi dia punya dan tersenyum puas ketika bayangan dirinya terpantul di cermin.
Dia menutupinya dengan sarung bali yang dia lilit di pinggangnya.
“Let’s
go.”
♥
♥
“Lo tau gak, gue ngerasa hawa cewek – cewek
seksi akan hadir sebentar lagi.” Jayden tersenyum mesum ketika melihat teman
sekelasnya, Sinta baru saja keluar dari cottage dengan pakaian renang
minim. Matanya terasa sangat dimanjakan mengingat dia putus dengan kedua
pacarnya beberapa hari yang lalu.
Ando
hanya tertawa mendengarnya dan melirik Sinta tanpa minat. Dia teringat
pertengkarannya dengan Lista di kamar dan tersenyum ketika dia melihat dengan
mata kepalanya sendiri, wajah cewek itu memerah karna godaannya.
“Kok
Lista gak keluar, Ndo? Gue gak sabar melihatnya nih. Kira – kira dia pake apa
yah? Hmmm...” Jayden tertawa ketika melihat Ando menatapnya garang.
“Gue
akan jadiin hari ini adalah hari lo terakhir bisa melihat cewek seksi kalau
sampai godain Lista! Dia gak akan gue ijinin pakai baju renang!” Ucapnya tanpa
sadar penuh nada posesif.
“Oooohh..
atut...” Jayden tertawa mendengar ancaman sahabatnya itu. Dan meneruskan
permainannya sambil sesekali melirik cewek yang menarik hatinya dan memutuskan
untuk menggodanya nanti.
Ando
hanya menatap mereka yang lewat tanpa minat. Dia asyik bermain Voly pantai dan
men – smash tanpa ampun pada lawannya.
“Kira
– kira Lista pakai baju renang atau baju kaos kebesaran seperti biasanya?” Tanyanya dalam hati. Membuat Ando langsung
memukul kepalanya pelan. Membuang pikiran mesum itu dari otaknya jauh – jauh.
“Gue
bersumpah, kalau sampai tuh cewek pakai baju renang yang menggoda iman, gue
tarik dia masuk kamar untuk ganti baju! Eh.. kenapa gue jadi begini?”
“Waw...”
Beberapa cowok berhenti bermain dan berseru penuh kekaguman. Membuat lamunan
Ando buyar dan mengikuti tatapan teman – temannya. Mendadak dia susah menelan
ludah.
Karen,
dengan segala pesonanya, berjalan anggun menghampirinya sambil tersenyum. Baju
renang two piece bewarna merah terlihat menggoda di kulitnya yang putih
dan wajahnya yang blasteran, rambut panjangnya sengaja dibikin sedikit ikal
menambah kesan seksi. Dan sarung bali yang menutupi kakinya yang jenjang
semakin membuatnya... WAW.
Karen
menyadari semua pandangan cowok di sana hanya fokus pada satu titik. Yaitu
dirinya. dia tersenyum puas ketika Ando pun menatapnya tanpa kedip. Dengan
tenang dia berdiri di samping Ando dan merangkul pundaknya. Ando yang hanya
telanjang dada dan celana jins yang dia gulung sampai ke lutut juga membuatnya terpesona.
“Gue
boleh ikut main?” Karen semakin lengket dengan Ando walau cowok itu berbau
peluh dan ada butiran pasir di tubuhnya yang telanjang.
Ando
hanya mengangguk. Dan Karen langsung tersenyum puas dan langsung mencium pipi
kiri Ando dengan cepat sebelum berteriak agar permainan dilanjutkan.
♥
♥
Lista
terdiam seperti patung. Dia melihat dengan sangat jelas, betapa Karen dengan swimsuit
yang menggoda itu mendekati Ando, merangkul pundaknya, berbicara dengan jarak
sangat dekat sehingga orang lain yang tak tau hubungan mereka akan
menganggapnya sebagai pasangan kekasih, dan mencium pipinya!
Dia
berkerut kening. Dadanya entah kenapa seperti tertusuk. dia melihat swimsuit
Karen dan membandingkan dengan yang dia kenakan sekarang. Sama seksinya,
namun dia one piece dengan warna
hijau.
Asyik
memperhatikannya, tanpa sadar kedua sahabatnya, Cindy dan Shabrina berlari
menghampirinya dan memberinya jas pelampung. “Mau main banana boat?” ajak
Cindy.
“Mauuu..”
Tanpa ragu dia mengenakannya dan berlari menuju pantai. Melupakan sakit
hatinya.
“Gue
lupa pacar lo memang lebih WAW dari siapapun.” Bisik Jayden terpesona membuat
Ando terhenti dan berkerut bingung, “Maksudnya?”
“Liat
aja.” Jayden menunjuk dan Ando melotot.
Ando
yang berpasangan dengan Karen dalam main Voly, berhenti dan melongo dibuatnya.
Lista,
dengan santainya berlari ke arah lain bersama teman – temannya dan menjadi
pusat perhatian turis asing karna pakaiannya yang minim, ditambah dengan
wajahnya yang cantik. Entah kenapa, melihat cewek itu jadi pusat perhatian
tanpa kedip oleh cowok – cowok lain, membuatnya gerah.
“Punya
sarung bali gak?” Tanya Ando pada Karen. Dan dia langsung menunjuk sarung bali
cadangan yang sengaja dibawanya. Ando langsung berlari mengambilnya. Membuat
Karen bingung dan mengejarnya.
“Buat
apa?”
“Buat
Lista.” Jawabnya dengan emosi tertahan. Dia segera berlari menyusul Lista yang
sekarang dikerumuni turis asing yang sedari tadi meliriknya dari kejauhan.
“Lista..
awas lo!”
♥
♥
“Excuse me, guys, she’s my dear. Can
you just leave us?” Suara Ando tepat
di belakangnya saat dia dikepung beberapa turis asing yang mengerumuninya.
Memujinya dengan bahasa mereka. Mendengar suara cowok itu berada di
belakangnya, memegang pundaknya, entah kenapa rasa aman langsung menjalar di
sekujur tubuhnya yang gemetar ketakutan.
Lista
langsung ditarik menjauh dari turis asing yang menatap mereka dengan tanda
tanya. Setelah menjauh, Ando memberikan sarung bali yang dipegangnya, “Pakai
ini.”
“Gak
mau.”
“Pakai!
Gue gak suka lo pamer bodi di depan umum!”
“Kenapa
gak suka?” dia menjawab dengan nada menantang. “Terserah gue dong mau pakai
apa! Lo gak ada urusannya. Lagipula, masa gue dilarang, Karen yang jelas –
jelas lebih seksi dari gue gak dilarang?”
“Elista...”
Ando menarik napas panjang. Menghadapi cewek yang satu ini membutuhkan stok
kesabaran yang lebih banyak dari seharusnya. “Lo pacar gue. Bukan teman gue,
Ok? Gue gak peduli dia mau telanjang kek, mau pakai apa kek, karna dia Cuma
teman gue. Sedangkan lo, lo pacar gue. Wajar dong kalau gue melarang apa yang
seharusnya gue lihat, malah dibagikan ke tempat umum?”
“Gue
pacar lo yah?” Lista menjawabnya dengan nada sinis. “Gue lupa. Soalnya gue
ngerasa kontrak sih.”
“Lo
kenapa sih?! Gue heran daritadi kok salah mulu kerjaannya.”
“Emang
lo salah kok.” Lista pergi meninggalkan Ando dan memutuskan mengejar teman –
temannya. Namun, sebelum sempat menyadari, tau – tau dia ditarik dan tubuhnya
serasa diangkat. Yak, dia kini
digendongan Ando.
“Gue
akan gendong lo ke kamar untuk ganti baju!”
“Gue
gak mau! Lepasin!” Lista berontak dan berusaha turun. Namun Ando memegangnya
dengan erat.
“Ciiieee...
yang romantisan. Mau malam pertama lo?” Jayden menyoraki Ando yang dengan
kerennya menggendong Lista menuju Villa. Seperti pengantin baru yang digendong
masuk dalam rumah.
Ando
mengedipkan mata ke arah Jayden dan
mereka yang menggodanya. Membuat Lista merah padam. “Iya! Iya! Gue akan
pakai sarung bali itu! Oke?! Turunin! Jangan bikin malu deh!”
“Yakin?”
Ando berhenti melangkah dan Lista mengangguk kuat – kuat. Dia tak tahan
menanggung malu lebih besar lagi digendong sampai masuk ke dalam. Melihat Ando
hanya bertelanjang dada dengan jins yang digulung sampai lutut, dan dia
mengenakan baju renang yang minim. Dia akan tau apa di pikiran orang – orang
dan takkan membiarkan itu terjadi.
Ando
menurunkannya pelan sampai dia menginjak kakinya di tangga. Lista menghela
napas lega dan tau – tau menginjak kakinya keras. Membuatnya berteriak
kesakitan. “Elista! Balik sini lo!” Ando berteriak saat dia berlari sambil
mengikat sarung bali yang sempat diambilnya dari pundak Ando. dia menoleh ke
belakang dan berteriak ketika Ando juga mengejarnya.
Tanpa
disadari, Karen memperhatikan kemesraan mereka saat Ando menangkap pinggang
Lista dan memeluknya erat, seolah tak ingin terlepas lagi, membuatnya cemburu
buta. Dia langsung melempar bola Voly ke arah lain dan memutuskan mendekatinya
dengan langkah geram.
♥
♥
“Lo di depan, gue di belakang.” Ando
memerintahnya ketika dia memutuskan untuk ikut Lista naik banana boat.
Seumur hidupnya, dia baru kali ini menaiki kapal berbentuk pisang ini.
“Kok
gue di depan? Lo aja deh,” Lista menolak mentah – mentah usul Ando agar dia di
depan.
“Pokoknya, lo di depan, gue dibelakang ntuk jaga lo biar gak jatuh.” Ando memberi alasannya. Sejujurnya, dia hanya ingin memegang pinggang Lista lebih lama lagi. Namun tak mungkin dia utarakan.
“Pokoknya, lo di depan, gue dibelakang ntuk jaga lo biar gak jatuh.” Ando memberi alasannya. Sejujurnya, dia hanya ingin memegang pinggang Lista lebih lama lagi. Namun tak mungkin dia utarakan.
Sebelum dia sempat menjawab, Karen menghampiri mereka. Membuat Shabrina yang sudah siap di atas, merengut melihat kehadirannya.
“Gue
boleh ikutan enggak?” Tanyanya dengan senyum manis.
“Naik
aja.” Lista menjawab dengan nada datar. Membuat Karen merasa di atas angin dan
langsung duduk di belakang Ando dan memeluk pinggangnya erat dan mesra. Membuat
Lista yang melihat, langsung turun dan berkacak pinggang. Wajahnya emosi.
“Kayaknya,
gue di belakang lo aja deh, Ndo. Gak enak duduk di depan. Serasa gimana..
gitu.” Tanpa persetujuan, Lista langsung duduk di belakang Ando dan membuat
Karen dengan sangat terpaksa, melepas rangkulannya dan mundur. Hatinya dongkol
luar biasa ketika Lista memeluk pinggang Ando. apalagi cewek itu secara terang
– terangan, menyandarkan kepalanya di punggung Ando.
Ando
yang bingung dengan tingkah aneh Lista yang mau – maunya memeluk, langsung
menggunakan kesempatan langka ini dengan membalas perlakuannya dengan memegang
erat tangannya yang melingkar di pinggangnya ini.
“Siap?”
Teriaknya dan semuanya berteriak setuju.
“Tunggu!”
Gerakan boat berhenti ketika dari kejauhan, Jayden berlari ke arah
mereka. “Gue ikut yah.” Ando setuju dan cowok itu langsung merangsek masuk dan
duduk di belakang Lista. Membuat Karen semakin mundur ke belakang.
Ando
yang melihat itu, hatinya tak rela luar biasa ketika tangan sahabatnya itu
melingkar di pinggang pacarnya sendiri. Ando memanggil si penyewa boat
dan berbicara sebentar. Lalu turun dan menarik Lista untuk mengikutinya.
Membuat mereka bingung.
“Kayaknya
kalian aja deh yang duluan naik. Gue ntar aja soalnya lagi gak enak badan.”
Ando memberi alasan yang langsung muncul di otaknya.
“Terus,
apa urusannya sama gue?”
“Emang
lo mau biarin pacar lo yang sakit ini sendiri? Hmmm... Gue kan butuh kasih
sayang lo, Lista.”
“Dih...”
Lista memandangnya penuh jijik. Membuat Ando tertawa dan mengacak rambutnya
dengan tatapan sayang. Membuatnya seketika terpaku. tak biasanya Ando
memandanginya seperti itu.
“Gue
juga gak ikut deh.” Karen memutuskan untuk turun dan menyusul Ando. kalau Lista
tak mau merawat pacarnya, dia dengan senang hati akan merawatnya.
“Nooo...”
Cindy yang di belakang Karen dan tau apa yang akan terjadi, langsung menarik
Karen agar duduk. “Nanti gak seru kalau lo gak ada. Udah Jay, jalannn..” Cindy
berteriak sambil memegang pinggang Karen yang hendak turun untuk menyusul Ando.
takkan dibiarkannya cewek sinting satu ini mengganggu hubungan sahabatnya
dengan Ando.
Karen
manyun dibuatnya dan terpaksa melingkarkan pinggangnya ke Jayden yang langsung
meresponnya. Hatinya dongkol luar biasa.
“Sial!
Sial!”
♥
♥
Lily
yang asyik belajar main piano dengan kak Bian, mendadak teringat sesuatu dan
menatap Bian yang asyik menatap ke arah lain. “Kak, bentar yah.” Dia langsung
berlari ke kamar untuk mengambil ponselnya, mengirim sms kemudian tersenyum
ketika membacanya dan menekan tombol send.
For : Kak Lista.
“Kak, besok kak Ando ultah. Jangan
lupa yah... kakak kan pelupa. Hehehehe.. Lily kangen sama kakak. Jangan lupa
oleh – oleh. :*
“Lily...”
Suara Bian memanggilnya membuat Lily meletakkan ponselnya di meja rias Lista
dan bergegas berlari keluar. Menyusul Bian yang mengajaknya jalan ke mall
bersama Erika.
♥
♥
Lista tersenyum ketika melihat sms Lily dan
segera membalasnya. Mereka kini di salah satu pasar tak jauh dari tempatnya
menginap yang menjual aksesoris – aksesoris lucu. Awalnya dia bingung kenapa
Ando memaksanya untuk balik ke Villa dan menyuruhnya ganti pakaian. Lista
sempat protes karna tak bisa main sebelum akhirnya Ando mengutarakan idenya.
Membuatnya langsung setuju dan berlari masuk kamar untuk berpakaian. Dan pergi
ke tempat ini dengan kamera yang tergantung di lehernya.
“Lo
pakai baju siapa, Lis? Gede amet.” Sindir Ando ketika melihat pakaian kaos
Lista yang agak kebesaran, celana jins selutut dan sepatu kets serta tas ransel
dan kamera yang siap digunakan tergantung di lehernya.
Lista
melihat baju kaosnya yang bergambar Barong dengan cengiran. “Punya gue dong.
sengaja beli yang gede – gede. Biar adem..” Lista ikut melirik Ando yang hanya
mengenakan baju kaos, celana pendek, dan sepatu serta tas kecil yang tergantung
di pinggangnya. Rambutnya yang basah membuatnya sempat terpesona sebelum menoleh
ke arah lain. tak ingin ketahuan Ando karna dia memperhatikannya.
“Sini
kamera lo. biar gue yang bawa. Ntar pegal tuh leher kalau digantung mulu.” Dan
dia langsung menyerahkan kameranya ke Ando dan cowok itu memegangnya sambil
sesekali memotret beberapa turis asing yang belanja.
“Eh...
Eh... coba kita kesitu yuk.” Lista langsung menarik Ando ketika dia melihat
sebuah galeri lukisan yang menarik hatinya. Dia sangat suka melihat lukisan dan
betah lama – lama berdiri untuk melihat keindahan lukisan dan mengartikan
maksud pelukis itu.
Ando
menurut saja ketika dia ditarik Lista yang semangat memasuki galeri itu dan
melihat – lihat. Sesekali wajahnya tersenyum penuh kagum akan keindahannya dan
Ando langsung memfotonya. Tak ingin kehilangan senyumnya.
“Bagus
yah.. romantis..” Lista terdiam di suatu lukisan yang menggambarkan sepasang
kekasih sedang berpelukan di pinggir pantai dan balon terbang di antara mereka
menuju langit yang mulai berpendar keemasan karna matahari terbenam.seperti
menggambarkan sebuah harapan yang dilepas menuju langit paling tertinggi agar
dikabulkan lewat balon – balon yang berada di atasnya. Lista membaca judulnya
dan tersenyum. Seolah mengiyakan.
“Lo
mau?” Tanya Ando. tanpa sadar Lista mengangguk. Kemudian bingung ketika Ando pergi
meninggalkannya, “Mau kemana?”
“Sebentar
aja. Lo liat – liat aja dulu. Gue gak lama kok.”
Lista
mengangguk dan mengagumi betapa indahnya pelukis yang menggambarkan momen
seperti ini dengan goresan kuas dan warna – warna yang seolah menjadi kekuatan dalam
hal ini.
♥
♥
“Permisi, pak.” Ando berkata sopan ketika
seseorang yang dia tanyai memberitahu bahwa pria di hadapannya adalah pemilik
galeri lukisan ini.
Pak
tua itu mengangguk dan Ando langsung mengutarakan niatnya. Dia tersenyum ketika
Pak Tua itu setuju dengannya.
“Lukisan
yang mana, nak?” Tanya Pak Tua ketika melihat kesungguhan Ando untuk membeli
satu lukisannya.
Ando
menunjuk tempat dimana Lista masih berdiri memandang lukisannya. Membuat pak
Tua itu mengangguk. “Oh itu. Yaudah, dia pelukisnya,” Pak tua menunjuk
seseorang yang asyik melukis, “kamu nego harga saja dengan dia. Itu lukisan
pertamanya. Saya hanya menyediakan tempat. Namanya Keenan.”
Ando
tersenyum sopan dan undur diri. Lalu mendekati si pelukis muda itu dan
berbicara panjang lebar sebelum negoisasi harga seperti yang sering
dilakukannya apabila berhadapan dengan klien perusahaan.
♥
♥
Lista
masih tak menyangka, lukisan yang dipandanginya, dikaguminya, kini menjadi
miliknya. Entah apa di pikiran Ando ketika cowok itu menghampirinya diikuti
seseorang yang tak dikenalnya dan berkata dia membeli lukisan itu. Padahal dia
tau harga lukisan yang diletakkan di galeri tak pernah murah. Walau ukuran
kecil sekalipun. Sepertinya sekarang.
“Lo
jangan gila, Ndo!” dia berusaha berkata sepelan mungkin. Untuk menyadarkan Ando
dari kegilaannya.
“Gue
waras, sayang. Udah.. jangan menolak pemberian gue.”
“Gue...”
Lista mendadak bingung harus berkata apa.
“Gue
tak terima penolakan atau ucapan lo akan mengganti uang gue suatu saat nanti.
Gue beli ini karna juga suka, oke?”
“Lo
juga suka sama lukisannya? Masa sih?”
“Gue
bukannya suka sama lukisannya, tapi gue suka sama lo yang tersenyum saat
melihat lukisan ini, Lista.” Jawabnya dalam hati.
Ando
memutuskan tidak menjawab pertanyaan Lista dan membiarkan beberapa orang
membungkus lukisan kecil yang dibelinya itu untuk Lista yang sekarang termangu
melihatnya. Tak percaya.
“Lo
gila.” Ucapnya ketika Ando menulis alamat Lista untuk mengirim lukisan yang
dibelinya lewat jasa pengiriman. Dia tak mungkin membawanya keluar dari galeri
dan menentengnya sepanjang perjalanan menuju Villa dan membawanya lagi saat
mereka pulang nanti.
Ando
tertawa mendengarnya saat selesai urusan bayar membayar lukisan dan berjabat
tangan dengan pelukis muda beserta pak tua pemilik galeri itu. “Gue anggap itu
ucapan terima kasih dari lo, Lista. Yuk, kita jalan lagi.” Ando merangkul Lista
keluar dari galeri dan mereka memutuskan keliling Bali dengan jalan kaki
semampunya.
♥
♥
Lista
benar – benar seharian jalan dengan Ando. mulai dari keluar masuk kios untuk
membeli pernak – pernik lucu, memilih beberapa souvenir lucu untuk Ando
yang ingin membagikannya pada orang lain, dan menyewa sepeda tandem untuk
keliling Bali dan sesekali berfoto dengan turis asing yang menarik perhatian
mereka.
“Capek?”
Tanya Ando ketika mereka duduk di sebuah taman kecil tak jauh dari Villa dimana
mereka menginap. Lista yang sedang memijit kedua kakinya, mengangguk.
“Letakkin
kaki lo disini,” Ando menepuk pahanya sendiri agar Lista meletakkan kakinya di
sini. Namun cewek itu menolak. “Gue masih sanggup jalan kok. beneran deh.”
“Ayolah...
gak papa kok.”
“Gue
gak terbiasa kaki gue dipijetin cowok. Beneran deh gak papa.” Lista keukeuh
menolak. Membuat Ando memilih kalah.
“Yaudah...”
Ando memutuskan berdiri dan mengulurkan tangannya. “Pulang yuk. Ntar kita
kehilangan momen penting.”
“Momen
penting apaan?” Lista bingung dengan ucapannya.
“Matahari
terbenam akan sangat indah kalau dilihat dari Villa. Ayooo...”
Lista
mencoba berdiri, namun dia mengernyit kesakitan karna kakinya benar – benar
sakit. Seharian jalan tanpa istirahat, ditambah naik sepeda sejauh 8 kilometer,
membuat kedua kakinya serasa ingin lepas.
Ando
yang tak tega dengan wajah kesakitan Lista setiap menggerakkan kakinya untuk
jalan, mendekat dan berjongkok di depannya. “Naik ke punggung gue.”
WHAT?!
“Serius?”
Lista kaget mendegarnya. Dia tak pernah digendong siapapun kecuali kak Bian.
itupun terjadi waktu dia masih sangat kecil.
“Udahlah,
gue tau lo kesakitan jalan, Lista. Sedangkan jarak antara Villa dari sini masih
jauh. Gue gak mau lo sakit.”
“Tapi
gue berat loo..”
“Gue
udah pernah gendong yang lebih berat dari lo, tau.”
“Siapa?”
“Elista...”
Ando berdiri dan menoleh ke arahnya dengan wajah jengkel, “Memangnya penting
untuk lo tau siapa yang gue gendong saat itu? Udahlah, sampai subuh kita tetap
akan disini, membahas siapa yang gue gendong kalau lo gak naik ke punggung
gue.”
“Tapi...”
Lista terhenti ketika Ando berbalik lagi, jongkok, dan menarik tangannya dengan
kasar hingga dia hampir jatuh, “Naik ke punggung gue atau lo gue gendong
beneran sampai kamar kayak siang tadi.” Ancamnya.
Tak
ingin terjadi, Lista manyun dan menundukkan badan, melingkarkan kedua tangannya
di leher Ando dan merasakan tubuhnya di angkat dan kedua pahanya di pegang Ando
dengan kuat. Seolah tak membiarkannya jatuh.
♥
♥
“Lo
benar, pemandangan disini memang indah.” Lista terpesona melihat matahari
terbenam dan bersembunyi di belakang pantai tempat mereka berdiri sekarang.
Ando benar – benar menggendongnya sampai Villa dan mengantarkannya ke pantai
untuk menyakskikannya.
Ando
tersenyum mendengarnya. Seharian bersama Lista keliling banyak tempat,
membelikan gadis itu apa yang diinginkannya walau mereka berantem di tengah
banyak orang, dan mendengar cerita Lista tentang masa kecilnya membuatnya
merasa sangat dekat.
“Gue
senang kalau lo suka, Lista.”
Lista
ikut tersenyum. Bersama Ando seharian adalah yang diinginkan hatinya. Melakukan
hal – hal gila, melihat Ando yang membelikannya berbagai macam barang tanpa
pandang harga dan mendengarkan Ando bercerita tentang apa yang selama ini
dirasakannya, membuatnya merasa nyaman di samping cowok itu. “Makasih buat hari
ini, lukisan kecil itu, jalan – jalan dengan sepeda sampai kaki gue sakit,” Dan
Ando nyengir dibuatnya, “Foto bersama bule, berantem di kios orang karna
kekonyolan lo. dan sore ini, gue menikmatinya.”
Ando
selangkah lebih dekat dengannya, berdiri berhadapan hingga ujung jari kaki
mereka saling bersentuhan. Dia menyentuh lembut wajah Lista dan mengelusnya.
“Gue juga suka dengan hari ini.” Jawabnya dengan senyum di wajahnya.
Entah
siapa yang memulai, Ando mendekat dan melingkarkan tangannya di pinggang Lista,
dan cewek itu, seolah terhipnotis dengan tatapan Ando yang tak lepas darinya,
menutup mata dan membiarkan tangannya bergerak sendiri mengalungi leher Ando,
berjingkit karna cowok itu lebih tinggi darinya, dan membiarkan Ando menciumnya
tepat di bibir, memeluknya dengan lembut, tepat saat matahari terbenam
sempurna.
♥
♥
Lista yang baru saja selesai mandi dan
berpakaian, senyam – senyum sendiri ketika teringat ciuman mereka di pantai.
Wajahnya semakin memerah ketika dia mengelus bibirnya sendiri lalu
menggelengkan kepalanya. Berusaha menyingkirkan bayangan romantis itu jauh –
jauh.
“Lis...”
Seseorang dari balik pintu memanggilnya. Dia yang baru saja selsai mandi,
melirik jam di kamar yang menunjukkan jam 8 malam. Kedua temannya entah
menghilang entah kemana sejak siang tadi. Dia memutuskan membuka pintu dan
melihat Ando di depannya.
“Jalan
yuk. Gue lapar nih.” Ajaknya. Membuat
bayangan ciuman di pantai tadi mendadak hadir dan membuat Lista seketika
memerah.
“Lo
kenapa?” Ando bingung melihat perubahan wajah Lista. Jujur, dia gugup
berhadapan dengan Lista setelah kejadian sore tadi. Sungguh, tempat romantis
memang memancingnya untuk melakukan hal gila. Namun dia takkan menyesalinya
walau setelah itu, dia dan Lista digoda habis – habisan karna menghilang
seharian.
Lista
menggeleng pelan. Dia masih malu hingga memilih menunduk. “Jalan kemana? Gue
masih capek.”
“makan
dekat – dekat sini aja, Lis. Gue laper banget nih. Beneran deh.”
Lista
menatap Ando lekat. Lalu entah kenapa, ajakan makan membuat perutnya
keroncongan. “Yuk...” Jawabnya dan membiarkan tangannya ditarik Ando menjauh
meninggalkan kamarnya.
♥
♥
Mereka pulang dengan perut kekenyangan. Ando
mengajaknya makan di salah satu restoran dekat dengan Villa yang kebetulan
adalah restoran kesukaannya setiap dia ke Bali. Mereka syik mengobrol hingga
tak sadar jam menunjukkan pukul 11.30 malam. Namun, hal itu tak berpengaruh
karna disekitar mereka masih ramai. Bahkan toko kue disamping Villa pun masih
buka.
Ando
mengantar Lista sampai kamarnya. Dia sangat lelah sekali hingga menguap berkali
– kali. “Gue balik yah.” Ucap Ando ketika tiba di depan kamarnya. Lista
mengangguk. “Udah lo balik sana. Kasian tuh mata kayak panda.” Ucapannya
membuat Ando nyengir dan mengacak – acak rambutnya. “Have a nice dream,
sweety.” Ando menarik pelan kepala Lista agar dekat dengannya dan mencium
keningnya lama. Lalu tersenyum dan berjalan meninggalkannya lalu melambaikan
tangannya sebelum Ando masuk kamar dan menutup pintu.
Ketika
Ando sudah masuk kamar, Lista langsung masuk kamar untuk mengambil kado, dan
keluar lagi sambil menutup pintu pelan karna kedua sahabatnya sedang tidur
pulas. Dia pergi lagi untuk beli kue ulang tahun untuk Ando di toko roti
sebelah Villa yang sempat mencuri hatinya sambil berharap semoga tidak tutup.
♥
♥
Lista
masuk ke Villa dengan wajah sumringah. Jam menunjukkan pukul 00.00. hari ini,
Ando berulang tahun dan dia memegang kue tart yang dibelinya dengan kado di
tangannya. Dia bermaksud membalas perlakuan Ando yang romantis itu dengan
kejutan ulang tahunnya. Kamera polaroid beserta isi filmnya dia belikan untuk
Ando mengingat cowok itu tergila – gila dengan fotografi terbungkus indah.
Sambil bersiul dia membayangkan cowok itu terkejut dengan suprise yang
diberikan dan kadonya. Mengingat dia tau kalau Ando dari dulu ingin beli namun
tak pernah kesampaian karna selalu lupa.
Mendadak,
senyum di wajahnya menghilang ketika kamar Ando terbuka sedikit dan dia
melihat, Karen, dengan tank top bewarna merah, celana hot pants bewarna senada, sedang duduk di sisi ranjang
dan kue tak kalah besar di tengah mereka. Ando duduk sambil wajah kaget karna
tak menyangka mendapat suprise. Dia membuka pintunya sedikit lagi dan terkejut
dengan apa yang dilihatnya.
Karen
memotong kue ulang tahun itu setelah Ando meniup lilin dan mencium pipi hingga
hampir mengenai sudut bibir Ando. cowok itu hanya tersenyum dan membalas
ciumannya di pipi kiri Karen dengan cepat. Membuat cewek itu tersipu dan
menyodorkan kadonya yang besar lalu menyuapi Ando dengan kue yang sudah
dipotongnya sambil mengambil krim di atas kue itu dan mencolek pipi Ando.
membuat mereka tertawa bersama.
Mendadak,
hadiah yang dibelinya menjadi tidak berharga lagi, kue yang dibelinya mendadak
tak ada artinya lagi ketika melihat semua itu. Lista menjatuhkannya ke lantai.
Membuat mereka menoleh ke arah pintu dan terkejut. Apalagi Ando yang melihat
Lista berdiri di depan pintu seperti patung.
“Lo...”
Lista berkata dengan suara bergetar. Air mata tak diinginkannya jatuh menetes
membasahi pipinya. Membuat Ando langsung turun dari ranjang dan mengejarnya
ketika Lista berlari.
“Elista!”
Ando memanggilnya berulang kali. namun Lista memilih tuli sambil menuruni
tangga, berlari tanpa arah dengan air mata yang masih membasahi pipinya.
Hatinya mendadak sakit sekali.
Karen
melihat kejadian itu, tersenyum puas sambil melipat tangannya di dada.
Rencananya sukses.
“Gotcha.”
Teaser part 14 Be Yours?! DAMN?! –
breakaway.
Lista
menangis di pantai sambil menelungkupkan wajahnya di antara kedua lututnya.
Hatinya sakit teringat kejadian tadi. Dan tiba – tiba, ada sebuah benda hangat
melingkupinya, memeluknya hingga dia tak kedinginan lagi.
“Lista...”
Ando duduk di depannya. Dan Lista memilih pura – pura tak mendengar hingga
akhirnya dia mendongkakkan wajahnya. Membuat Ando bisa melihat air mata itu
masih membasahi pipinya, dan matanya memerah.
“Maaf...”
“Gue
bodoh. Seharusnya gue tak usah lari liat lo berduaan dengan Karen. Kita kan
bukan pacar beneran. Kita Cuma KONTRAK.”
“Lis...
bukan mak..”
“Pergi.
Gue pengen sendiri.”
“Lista...”
“Kalau
lo gak pergi,” Lista berani menatap matanya. Dan Ando bisa melihat sakit di
matanya itu. “Gue bersumpah, gue yang pergi ninggalin lo hingga lo tak bisa
mencari gue lagi.”